Senin, 15 Agustus 2016

cerpen hadiah dari Farrah Karya Syahidah D Nissa



cerpen hadiah dari Farrah
Karya Syahidah D Nissa
          Di sebuah rumah terdapat satu keluarga yang terdiri dari ayah, bunda, dan sepasang saudara kembar bernama Sarah dan Farah. Mereka kurang akrab dan selalu bertengkar walau hanya karena masalah sepele.
          Suatu sore, ketika Sarah dan Farah sedang bermain, Chanif dan Doni, dua anak bandel di kompleks datang. Sarah didorong hingga kakinya terluka. Dengan terpincang-pincang , Sarah berhasil pulang ke rumahsesampai di rumah, Farah meledeknya.
          “ Sar ! Sakit ya? Ih, masa sudah kelas 3 nggak bisa ngelawan ! hehehe... “ Ledek Farah.
          “Jelas sakit ! Mereka itu badannya besar,  mana mungkin aku bisa melawan! “ Kata Sarah sengit.
          “Kalau kesal jangan bentak-bentak dong ! Orang marahnya ke Chanif sama Doni, kok aku yang dibentak. “ Farah membela diri.
***
Malamnya.
          “Farah, Sarah, kemarilah! Ayah mau bicara .” Panggil Pak Heru, ayah si kembar. Farah dan Sarah mendekat.
          “Ada apa. Yah?” Tanya Farah tidak sabaran.
          “ Besok bangun pagi, ya? kita akan lari pagi ke suatu tempat yang pasti kalian suka. Kita berangkat jam enam lebih lima menit. Bagaimana? Setuju?” Farah dan Sarah berpandangan, lalu mengangguk riang.
          “Baik, Yah. Kami setuju.” Jawab mereka kompak.
          Kemudian keduanya bergegas masuk ke dalam kamar. Mereka ingin lekas tidur agar besok pagi tidak terlambat.
          “Waktunya tidur.” Seru Sarah sambil mematikan lampu dan menyalakan lampu kecil berbentuk hati.
          “Aku belum mengantuk!” Kata Farah sambil menyalakan lampu kembali.
          “Hey, apa kamu lupa kalau besuk kita harus bangun pagi? Tuh, lihatlah sudah jam sembilan!” Kata Sarah kesal. Wajahnya cemberut.
“Aaaaa...!!! Ada kerbau ngamuk!” Canda Farah sambil menjulurkan lidah. Sarah tambah kesal. Dia mengambil bantal yang ada disampingnya dan melemparkannya ke arah Farah dengan keras sekali. Bantal itu lantas mengenai pipi Farah.
          Kini, pipi Farah merah. Baginya, itu sakit sekali. Jika Sarah melempar sesuatu, lemparannya jarang meleset. Karena itu Sarah selalu menjadikannya sebagai senjata saat mereka bertengkar hebat, seperti sekarang.
          Farah mulai merasakan kesakitan di pipinya. Farah pun menangis. Sarah tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Hatinya terdorong untuk meminta maaf. Tetapi dia masih ragu, kalau-kalau Farah tidak memaafkannya.
          Tok! Tok! Tok!
Pintu kamar diketuk. Farah masih menangis sedangkan Sarah melamun, khawatir karena tangisan Farah semakin kencang. Akhirnya, Sarah membuka pintu.
          “Ada ribut-ribut apa? ini sudah malam, bahkan ili saja terganggu. Tadi dia sampai melapor.” Tegur Pak Heru. Lili adalah tetangga samping rumah mereka. Farah berhenti menangis, keduanya diam membisu.
          “ Farah, sarah..... ayo jawab!” Seru ayah.
Saat Sarah hendak menjawab, HP ayahnya berbunyi. Ayah pun mengangkat telepon sambil keluar kamar menuju ruang keluarga. Sarah akhirnya bisa bernafas lega. Lalu berbisik ke telinga Farah yang mulai tenang.
          “Untunglah HP ayah berbunyi sebelum aku menjawab. Fiuhh! Ayah nggak bakal tahu kalau kita bertengkar hebat ya, tadi.” seru Sarah berbisik-bisik. “Farah, aku minta maaf, please...” Sarah memohon dengan serius. Farah terdiam.
          “Ayolah, Far, aku minta maaf. Aku tak akan mengajak bertengkar lagi. Please, Far! aku sungguh-sungguh .” Kata Sarah menyesal sambil menunjukkan muka memelasnya yang lesu.
Farah masih tetap diam tanpa mengucapkan sepatah katapun dari mulut kecilnya.
“Ya sudah kalau kamu nggak mau maafin aku. Aku tidur dulu.” Kata Sarah sambil
mematikan lampu kembali. Lalu Sarah berbaring sambil menarik selimutnya.
          “ Eh, Sarah. Aku mau memaafkan kamu.” Seru Farah cepat sebelum Sarah memejamkan matanya.
          “ Alhamdulillah, begini kan lebih baik. Kalau begitu ayo lekas tidur, ini sudah setengah sepuluh malam.” Perintah Sarah.
          “Siap, Bos! Laksankan perintah.” Canda Farah. Sarah terkikik geli mendengar candaan Farah.
          Malam itu malam terindah dalam hidup Sarah. Dia dan Farah telah bermaafan dan mungkin tidak akan ada lagi pertengkaran dalam hidupnya. Bintang-bintang seolah tersenyum di atas sana. Bulan pun seolah ikut tertawa gembira menyambut persahabatan mereka berdua. Selamat tinggal pertengkaran. Sarah merasa dirinya sangat menyayangi Farah. Sarah memejamkan mata dan terjun ke alam mimpi.
          Gedubrak!!!
          Sarah terjatuh dari atas tebing. “Auw! sakit!” Rintihnya. Kakinya terasa sakit. Dia sudah tak berjalan lagi. Suatu keajaiban di depannya. Ada seorang gadis cantik sedang tersenyum kepadanya. Wajahnya mirip dengannya dan Farah.
          “Tiara ? kaukah itu?” Tanya Sarah agak takut.
          “Ouh Sarah. Kakakku, lama sekali kita tidak bertemu.”
          “Hah? kamu benar Tiara? Wah, ini suatu kejutan. Tapi, bukankah kamu sudah meninggal? Kenapa kamu tiba-tiba datang?” Banyak pertanyaan dilontarkan Sarah, karena rasa penasaran dan juga karena rasa rindunya.
          “Sarah, kakakku yang baik dan kusayangi. Kau sekarang berada di alam mimpi.” Seru Tiara lembut.
          “Benarkah begitu? kalau begitu, bisakah kamu kembali kerumah ? Aku ingin sekali terus bersamamu di dunia nyata. Aku dan Farah sekarang sudah akur, lho.” Ujar Sarah memberi tahu.
          “Senang mendengarnya, kak Sarah. Aku akan selalu merindukanmu. Bangunlah ! Matahari hampir terbit. Kamu kan mau lari pagi.” Ucap Tiara lembut.
Lalu ..... CLING !! Tiara menghilang dari pandangan Sarah.
          “Tunggu dulu! Bagaimana kamu tahu aku akan lari pagi ?” Teriak Sarah, Namun Tiara sudah menghilang.
          Sarah pun terbangun dari mimpinya. Dia menyibakkan selimut tebalnya kemudian melakukan aktivitas pertama di pagi hari. Sarah segera sholat subuh, mandi, dan bersiap-siap untuk jogging bersama Ayah.
Sejam Kemudian.
          Sarah, Farah, dan ayahnya pun berangkat. Bunda di rumah karena kurang enak badan. Di perjalanan, Sarah dan Farah selalu ketinggalan, karena lari ayah cepat sekali. Akhirnya merekapun beristirahat.
          “Eh, Farah ada yang jual es krim, tuh.’’ Seru Sarah.
          “Beli yuk.” Ajak Farah.
          Keduanya pun membeli es krim cone dengan rsa campuran.
          “Segarnya sekali rasanya.” Kata Sarah sambil terus menikmati es krimnya.
          Setelah rasa capek hilang, mereka melanjutkan perjalanan. Setengah jam kemudian, mereka sampai di tempat yang ayah maksudkan.
          Indah sekali taman itu. Taman itu penuh dengan bunga tulip, kata ayah, bunga tulip itu diimpor dari Belanda.
          “Indah sekali, ya.” Teriak farah saking kagumnya. Seekor kupu-kupu melintas, yang lantas membuat Farah mendapat ide. “Nyanyi. yuk!.” Ajak Farah riang
          “Lagu apa ?.” Tanya Ayah
          “Kepompong ! “ Seru si kembar kompak. Mereka bernyanyi dengan gembira. Ternyata tempat itu betul-betul indah. Senyum Sarah dan Farah mengembang. Mereka memetik empat bunga tulip berwarna merah, oranye, kuning, dan biru. Bunga tulip merah untuk Sarah, kuning untuk bunda, oranye untuk Farah, dan biru untuk ayah. Sungguh gembira hati mereka. Selamanya, perjalanan ini tidak akan dilupakan oleh keduanya.
          Sekarang Sarah dan Farah tahu bahwa ternyata damai lebih indah daripada bertengkar terus.
Sumber . PECI, Penerbit LINTANG. Kelompok Penerbit Indiva Media Kreasi

Ditulis pada hari Senin, tanggal 25 Juli 2016

Nama           :
Kelas           :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar