cerpen hadiah dari Farrah
Karya Syahidah D Nissa
Di sebuah rumah terdapat satu keluarga
yang terdiri dari ayah, bunda, dan sepasang saudara kembar bernama Sarah dan
Farah. Mereka kurang akrab dan selalu bertengkar walau hanya karena masalah
sepele.
Suatu sore, ketika Sarah dan Farah
sedang bermain, Chanif dan Doni, dua anak bandel di kompleks datang. Sarah
didorong hingga kakinya terluka. Dengan terpincang-pincang , Sarah berhasil
pulang ke rumahsesampai di rumah, Farah meledeknya.
“ Sar ! Sakit ya? Ih, masa sudah kelas
3 nggak bisa ngelawan ! hehehe... “ Ledek Farah.
“Jelas sakit ! Mereka itu badannya
besar, mana mungkin aku bisa melawan! “
Kata Sarah sengit.
“Kalau kesal jangan bentak-bentak dong
! Orang marahnya ke Chanif sama Doni, kok aku yang dibentak. “ Farah membela diri.
***
Malamnya.
“Farah, Sarah, kemarilah! Ayah mau
bicara .” Panggil Pak Heru, ayah si kembar. Farah dan Sarah mendekat.
“Ada apa. Yah?” Tanya Farah tidak
sabaran.
“ Besok bangun pagi, ya? kita akan
lari pagi ke suatu tempat yang pasti kalian suka. Kita berangkat jam enam lebih
lima menit. Bagaimana? Setuju?” Farah dan Sarah berpandangan, lalu mengangguk
riang.
“Baik, Yah. Kami setuju.” Jawab mereka
kompak.
Kemudian keduanya bergegas masuk ke
dalam kamar. Mereka ingin lekas tidur agar besok pagi tidak terlambat.
“Waktunya tidur.” Seru Sarah sambil
mematikan lampu dan menyalakan lampu kecil berbentuk hati.
“Aku belum mengantuk!” Kata Farah
sambil menyalakan lampu kembali.
“Hey, apa kamu lupa kalau besuk kita
harus bangun pagi? Tuh, lihatlah sudah jam sembilan!” Kata Sarah kesal.
Wajahnya cemberut.
“Aaaaa...!!!
Ada kerbau ngamuk!” Canda Farah sambil menjulurkan lidah. Sarah tambah kesal.
Dia mengambil bantal yang ada disampingnya dan melemparkannya ke arah Farah
dengan keras sekali. Bantal itu lantas mengenai pipi Farah.
Kini, pipi Farah merah. Baginya, itu
sakit sekali. Jika Sarah melempar sesuatu, lemparannya jarang meleset. Karena
itu Sarah selalu menjadikannya sebagai senjata saat mereka bertengkar hebat,
seperti sekarang.
Farah mulai merasakan kesakitan di
pipinya. Farah pun menangis. Sarah tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
Hatinya terdorong untuk meminta maaf. Tetapi dia masih ragu, kalau-kalau Farah
tidak memaafkannya.
Tok! Tok! Tok!
Pintu
kamar diketuk. Farah masih menangis sedangkan Sarah melamun, khawatir karena
tangisan Farah semakin kencang. Akhirnya, Sarah membuka pintu.
“Ada ribut-ribut apa? ini sudah malam,
bahkan ili saja terganggu. Tadi dia sampai melapor.” Tegur Pak Heru. Lili
adalah tetangga samping rumah mereka. Farah berhenti menangis, keduanya diam
membisu.
“ Farah, sarah..... ayo jawab!” Seru
ayah.
Saat
Sarah hendak menjawab, HP ayahnya berbunyi. Ayah pun mengangkat telepon sambil
keluar kamar menuju ruang keluarga. Sarah akhirnya bisa bernafas lega. Lalu
berbisik ke telinga Farah yang mulai tenang.
“Untunglah HP ayah berbunyi sebelum
aku menjawab. Fiuhh! Ayah nggak bakal tahu kalau kita bertengkar hebat ya,
tadi.” seru Sarah berbisik-bisik. “Farah, aku minta maaf, please...” Sarah
memohon dengan serius. Farah terdiam.
“Ayolah, Far, aku minta maaf. Aku tak
akan mengajak bertengkar lagi. Please, Far! aku sungguh-sungguh .” Kata Sarah
menyesal sambil menunjukkan muka memelasnya yang lesu.
Farah
masih tetap diam tanpa mengucapkan sepatah katapun dari mulut kecilnya.
“Ya
sudah kalau kamu nggak mau maafin aku. Aku tidur dulu.” Kata Sarah sambil
mematikan
lampu kembali. Lalu Sarah berbaring sambil menarik selimutnya.
“ Eh, Sarah. Aku mau memaafkan kamu.”
Seru Farah cepat sebelum Sarah memejamkan matanya.
“ Alhamdulillah, begini kan lebih
baik. Kalau begitu ayo lekas tidur, ini sudah setengah sepuluh malam.” Perintah
Sarah.
“Siap, Bos! Laksankan perintah.” Canda
Farah. Sarah terkikik geli mendengar candaan Farah.
Malam itu malam terindah dalam hidup
Sarah. Dia dan Farah telah bermaafan dan mungkin tidak akan ada lagi
pertengkaran dalam hidupnya. Bintang-bintang seolah tersenyum di atas sana.
Bulan pun seolah ikut tertawa gembira menyambut persahabatan mereka berdua.
Selamat tinggal pertengkaran. Sarah merasa dirinya sangat menyayangi Farah.
Sarah memejamkan mata dan terjun ke alam mimpi.
Gedubrak!!!
Sarah terjatuh dari atas tebing. “Auw!
sakit!” Rintihnya. Kakinya terasa sakit. Dia sudah tak berjalan lagi. Suatu
keajaiban di depannya. Ada seorang gadis cantik sedang tersenyum kepadanya.
Wajahnya mirip dengannya dan Farah.
“Tiara ? kaukah itu?” Tanya Sarah agak
takut.
“Ouh Sarah. Kakakku, lama sekali kita
tidak bertemu.”
“Hah? kamu benar Tiara? Wah, ini suatu
kejutan. Tapi, bukankah kamu sudah meninggal? Kenapa kamu tiba-tiba datang?”
Banyak pertanyaan dilontarkan Sarah, karena rasa penasaran dan juga karena rasa
rindunya.
“Sarah, kakakku yang baik dan
kusayangi. Kau sekarang berada di alam mimpi.” Seru Tiara lembut.
“Benarkah begitu? kalau begitu,
bisakah kamu kembali kerumah ? Aku ingin sekali terus bersamamu di dunia nyata.
Aku dan Farah sekarang sudah akur, lho.” Ujar Sarah memberi tahu.
“Senang mendengarnya, kak Sarah. Aku
akan selalu merindukanmu. Bangunlah ! Matahari hampir terbit. Kamu kan mau lari
pagi.” Ucap Tiara lembut.
Lalu
..... CLING !! Tiara menghilang dari pandangan Sarah.
“Tunggu dulu! Bagaimana kamu tahu aku
akan lari pagi ?” Teriak Sarah, Namun Tiara sudah menghilang.
Sarah pun terbangun dari mimpinya. Dia
menyibakkan selimut tebalnya kemudian melakukan aktivitas pertama di pagi hari.
Sarah segera sholat subuh, mandi, dan bersiap-siap untuk jogging bersama Ayah.
Sejam Kemudian.
Sarah, Farah, dan ayahnya pun
berangkat. Bunda di rumah karena kurang enak badan. Di perjalanan, Sarah dan
Farah selalu ketinggalan, karena lari ayah cepat sekali. Akhirnya merekapun
beristirahat.
“Eh, Farah ada yang jual es krim,
tuh.’’ Seru Sarah.
“Beli yuk.” Ajak Farah.
Keduanya pun membeli es krim cone
dengan rsa campuran.
“Segarnya sekali rasanya.” Kata Sarah
sambil terus menikmati es krimnya.
Setelah rasa capek hilang, mereka
melanjutkan perjalanan. Setengah jam kemudian, mereka sampai di tempat yang
ayah maksudkan.
Indah sekali taman itu. Taman itu
penuh dengan bunga tulip, kata ayah, bunga tulip itu diimpor dari Belanda.
“Indah sekali, ya.” Teriak farah
saking kagumnya. Seekor kupu-kupu melintas, yang lantas membuat Farah mendapat
ide. “Nyanyi. yuk!.” Ajak Farah riang
“Lagu apa ?.” Tanya Ayah
“Kepompong ! “ Seru si kembar kompak.
Mereka bernyanyi dengan gembira. Ternyata tempat itu betul-betul indah. Senyum
Sarah dan Farah mengembang. Mereka memetik empat bunga tulip berwarna merah,
oranye, kuning, dan biru. Bunga tulip merah untuk Sarah, kuning untuk bunda,
oranye untuk Farah, dan biru untuk ayah. Sungguh gembira hati mereka.
Selamanya, perjalanan ini tidak akan dilupakan oleh keduanya.
Sekarang Sarah dan Farah tahu bahwa
ternyata damai lebih indah daripada bertengkar terus.
Sumber
. PECI, Penerbit LINTANG. Kelompok Penerbit Indiva Media Kreasi
Ditulis
pada hari Senin, tanggal 25 Juli 2016
Nama :
Kelas :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar