Senin, 15 Agustus 2016

KARYA TULIS ZIARAH WISATA JAWA BALI



KARYA TULIS

ZIARAH WISATA JAWA BALI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia Dan Sebagai Syarat Kenaikan Kelas XII












Disusun Oleh :
1.      LAILA SARI                                 XI BAHASA 2
2.      NIKE ARDILA                              XI BAHASA 2


YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM ( YPI )
MADRASAH ALIYAH AL BIDAYAH
CANDI BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG
2000

HALAMAN PENGESAHAN
          Karya tulis ini telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing sebagai salah satu syarat kenaikan kelas XII MA AL BIDAYAH Candi Bandungan, tahun ajaran 2016/2017 pada :

             Hari              : SADHA
             Tanggal       : 32 AGUSTUS 2000


                                                                                                                          Candi,           
Mengetahui
Kepala Madrasah                                                        Pembimbing


Drs. Edi Winarto                                                         Mustofa, S.Pd. I
NIP.                                                                            NIP.                      



PERSETUJUAN PEMBIMBING
Karya Tulis ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan atau diperiksa sebagai syarat kenaikan kelas.





Candi ,
Mengetahui,
Pembimbing


Mustofa, S.Pd. I
NIP



MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
·         Dibalik kerja keras pasti ada hasilnya
·         Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya karena Allah SWT”
·         Mustahil adalah bagi mereka yang tidak pernah mencoba – Jim Goodwin
·         Jangan tanya apa yang dibuat oleh negara untukmu, tapi tanyalah apa yang boleh kamu buat untuk negara -Abraham Lincoln
·         Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna. ~ Einstein
·         Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah.
·         Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua. (Aristoteles)
·         “Ápa yang kita tanam itulah yang akan kita tunai. Karena curahan hujan tidak memilih-milih apakah pohon apel atau hanya semak belukar” (Wira Sagala)
·         Today is the best than yesterday. (Wira Sagala)
Karya tulis ini disusun dan dipersembahkan kepada :
·         Bapak dan Ibu guru MA Al Bidayah
  • Bapak dan Ibu guru yang telah membantu dan memberikan fasilitas kepada kami.
  • Teman – teman dan pihak lain yang penulis tidak dapat meyebutkan satu persatu
  • Madrasah Aliyah Al Bidayah
  • Kedua orang tua kami


KATA PENGANTAR
               Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyusun Karya tulis ini dengan baik dan lancar.
               Penulis menyusun Laporan Karya tulis ini untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia serta menambah wawasan dan pengetahuan ziarah wisata. Dalam penyusunan Karya Tulis ini penulis menyadari bahwa penyajian dan masih banyak kesalahan dan kekeliruan, maka dari itu, kritik dan saran dari pada pembaca kami harapkan. Dengan terselesaikannya Karya Tulis ini, tidak lupa penulis  mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Bapak Drs. Edi Winarto selaku Kepala Madrasah Aliyah Al Bidayah Candi Bandungan.
2.      Bapak Mustofa S.Pd. I selaku  Pembimbing
3.      Bapak Effendi Fitriawan, S.Pd selaku guru bidang study Bahasa Indonesia.
4.      Bapak dan ibu guru di MA Al Bidayah.
5.      Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Karya Tulis ini dengan baik.
6.      Kedua orang tuaserta teman-teman yang mendukung dalam pembuatan Karya tulis ini.
Semoga Karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.. atas saran dan kritik yang membangun untuk sempurnanya Laporan Karya Tulis ini kami ucapkan terima kasih.  
Candi, Maret 2016
    Penyusun
DAFTAR ISI
4.4 Sunan Drajad………...……………………………………………………….13
4.6  Sunan Gresik................................................................................................... 19












BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
            Ziarah wisata di MA Al Bidayah merupakan kegiatan tahunan yang dilaksanakan oleh Madrasah Aliyah Al Bidayah yang diharapkan bisa memupuk keimanan dan ketaqwaan.
            Wisata merupakan sarana kita untuk menghibur diri. Dengan wisata kita dapat melupakan segala masalah yang kita hadapi. Oleh karena itu, wisata juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk relaksasi.
Ziarah wisata merupakan sejumlah kegiatan yang dapat menumbuhkan sikap yang positif, selain itu juga dapat menimbulkan sikap religius.
Di zaman sekarang ini banyak orang yang mengalami gangguan pikiran atau sering disebut dengan stress denegan pekerjaannya, selain itu mereka tidak menyadari bahwa mereka membutuhkan adanya relaksasi agar tidak terlalu tegang menghadapi pekerjaan di hari esok.
Pada tahun ini dikelas XI melaksanakan ziarah wisata ke pulau Jawa dan Bali. Disana terdapat banyak obyek wisata yang bagus dan bersifat keagamaan.

1.2                 Rumusan Masalah
Pada latar belakang masalah yang telah disebutkan pulau Jawa sebagai tempat ziarah dan pulau bali sebagai tempat wisata, untuk lebih jelasnya penulis membuat rumusan masalah :
1.2.1 Bagaimana pelaksanaan ziarah di pulau Jawa, dan wisata di pulau Bali?
1.3              Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah :
1.3.1         Untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia
1.3.2         Untuk mengenal lebih jelas tentang tempat ziarah dan wisata di Indonesia
1.3.3         Mendapat pengetahuan dan wawasan yang lebih luas


1.4               Manfaat Penelitian
1.4.1         Wawasan dan pengetahuan tentang ziarah wisata semakin bertambah
1.4.2         Keimanan dan ketaqwaan semakin meningkat
1.4.3         Mengetahui dan mengenali peninggalan para wali serta sejarahnya










BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1             PENGERTIAN ZIARAH
Ziarah adalah  salah satu praktik sebagian besar umat beragama yang memiliki makna moral yang penting. Kadang ziarah dilakukan ke suatu tempat yang suci dan penting bagi keyakinan dan iman yang bersangkutan yang bertujuan untuk mengingat kembali, meneguhkan iman dan mensucikan diri. (www.wikipedia.com)

2.2             PENGERTIAN WISATA
Kata wisata berhubungan erat dengan piknik, pariwisata dan lain-lain. Untuk sebagian orang agenda wisata setiap tahunnya telah menjadi sebuah kebutuhan layaknya kebutuhan primer. Dasar dari pendangan ini adalah wisata digunakan sebagai penyeimbang hidup setelah sekian hari berkutat dengan pekerjaan yang memiliki jadwal yang ketat, sehingga dengan melakukan wisata, tubuh menjadi lebih segar, dan fikiranpun menjadi segar kembali. (www.wikipedia.com)

2.3             PENGERTIAN ZIARAH WISATA
Ziarah wisata merupakan wisata atau traveling yang dilaksanakan oleh seseorang maupun kelompok buat tujuan berziarah maupun buat menjalankan bagian dari kepercayaan spiritual atau agamanya. (www.wikipedia.com)

2.4             PENGERTIAN PULAU JAWA
Jawa adalah sebuah pulau di Indonesia dengan penduduk 136 juta, pulau ini merupakan pulau berpenduduk terpadat di dunia dan merupakan salah satu wilayah berpenduduk terpadat di dunia  pulau ini dihuni oleh 60% penduduk Indonesia, Jakarta terletak di Jawa bagian barat. Banyak sejarah Indonesia berlangsung di pulau ini. Jawa dahulu merupakan pusat dari beberapa kerajaan hindhu, budha, kesultanan islam, pemerintah kolonial Hindia-Belanda, serta pusat pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pulau ini berdampak sangat besar terhadap kehidupan sosial, politik, ekonomi Indonesia. (www.wikipedia.com)
2.5             PENGERTIAN PULAU BALI
Bali adalah nama salah satu provinsi di indonesia dan juga merupakan nama pulau yang terbesar yang menjadi bagian dari provinsi terbesar. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil disekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Serangan. Bali terletak Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya ialah Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas penduduk bali adalah pemeluk agama hindhu. Di dunia bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil karya seni budayanya, khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.  (www.wikipedia.com)








BAB III
METODE PENELITIAN
3.1              JENIS  PENELITIAN
3.1.1 Penelitian Deskriptif adalah salah satu jenis metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya. (Best, 1982 : 119)
3.1.2 Penelitian kualitatif  adalah suatu pendekatan yang peneliti mengumpulkan data secara langsung dan berinteraksi dengan orang-orang ditempat penelitian.  (Mc.Millan dan Schumacher, 2003)

3.2              WAKTU  DAN TEMPAT  PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan  pada :
Hari                             :
Tanggal                       :
Berangkat pukul          :
Adapun tempat – tempat yang dikunjungi, antara lain :
Tempat-tempat ziarah (Jawa)
1.      Makam Sunan Kalijaga
2.      Makam Sunan Kudus      
3.      Makam Sunan Bonang                 
4.      Makam Sunan Drajat  
5.      Makam Sunan Giri
6.      Makam Sunan Gresik
7.      Makam Sunan Ampel
8.      Makam Gus Dur

Tempat-tempat wisata di Pulau Bali
1.      Tanah Lot
2.      Pantai Kuta
3.      Pusat Oleh-oleh Krisna
4.      Pusat Oleh-oleh Karang Kurnia
5.      Pusat Oleh-oleh Cening Bagus
6.      Pasar Sukowati
7.      Danau Bedugul

3.3              METODE PENGUMPULAN DATA
3.3.1  Metode  Observasi  (Pengamatan)
Yaitu dengan cara  mengunjungi dan meneliti makam dan tempat - tempat wisata di pulau Jawa dan pulau Bali.

3.3.2  Metode  Wawancara (Interview)
Mencari informasi menggunakan system tanya jawab dengan narasumber, seperti juru kunci ataupun penduduk sekitar.

3.3.3  Metode Dokumentasi
Mencari beberapa gambar secara langsung dengan kamera, ponsel maupun mengambil dari media internet.




3.4              SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penyusunan karya tulis ini, kami  telah menguraikan sistematika yang digunakan dalam karya tulis ini, antara lain :
BAB I  PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
1.2        Rumusan Masalah
1.3        Tujuan Penelitian
1.4        Manfaat Penelitian
BAB II  LANDASAN TEORITIS
2.1        Pengertian Ziarah
2.2        Pengertian Wisata
2.3        Pengertian Ziarah Wisata
2.4        Pengertian Jawa
2.5        Pengertian Bali
2.6         
BAB  III  LANDASAN TEORITIS
3.1         Penelitian Deskriptif  Kualitatif
3.2        Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan
3.3        Metode Pengumpulan Data
3.4        Sistematika Penulisan

BAB  IV  PEMBAHASAN
4.1        Sunan Kali Jaga
4.2        Sunan Kudus
4.3        Sunan Bonang
4.4        Sunan Drajat
4.5        Sunan Giri
4.6        Sunan Gresik
4.7        Sunan Ampel
4.8        Syeikh Kholil Bangkalan
4.9        Makam Gus Dur
4.10    Suramadu
4.11    Tanah Lot
4.12    Pantai Kuta
4.13    Pusat Oleh-oleh Karang Kurnia
4.14    Pusat Oleh-oleh Cening Bagus
4.15    Pasar Sukawati
4.16    Bedugul
BAB  V  PENUTUP
5.1        Kesimpulan
5.2        Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN FOTO













BAB IV
HASIL PENELITIAN
2.1              Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilwatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Pada saat Sunan Kalijaga berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali. Sunan Kalijaga adalah seorang tokoh Wali Songo yang sangat lekat dengan Muslim di Pulau Jawa, karena kemampuannya memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi Jawa. Makamnya berada di Kadilangu, Demak.  Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.
Mengenai asal usul beliau, ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa beliau juga masih keturunan Arab. Tapi, banyak pula yang menyatakan ia orang Jawa asli. Van Den Berg menyatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah keturunan Arab yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Sementara itu menurut BabadTuban menyatakan bahwa Aria Teja alias 'Abdul Rahman berhasil mengislamkan Adipati Tuban, Aria Dikara, dan mengawini putrinya. Dari perkawinan ini ia memiliki putra bernama Aria Wilatikta. Menurut catatan Tome Pires, penguasa Tuban pada tahun 1500 M adalah cucu dari peguasa Islam pertama di Tuban. Sunan Kalijaga atau Raden Mas Said adalah putra Aria Wilatikta. Sejarawan lain seperti De Graaf membenarkan bahwa Aria Teja I ('Abdul Rahman) memiliki silsilah dengan Ibnu Abbas, paman Muhammad. Sunan Kalijaga mempunyai tiga anak salah satunya adalah Umar Said atau Sunan Muria.
Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak, dan mempunyai 3 putra: R. Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rakayuh dan Dewi Sofiah. Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.
Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Tidak mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu ("Petruk Jadi Raja"). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang.Ketika wafat, beliau dimakamkan di Desa Kadilangu, dekat kota Demak (Bintara). Makam ini hingga sekarang masih ramai diziarahi orang.
2.2              Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah.
Sunan Kudus dilahirkan dengan nama Jaffar Shadiq. Dia adalah putra dari pasangan Sunan Ngudung, adalah panglima perang Kesultanan Demak Bintoro dan Syarifah adik dari Sunan Bonang. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
Sunan Kudus pernah menjabat sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, dan dalam masa pemerintahan Sunan Prawoto dia menjadi penasihat bagi Arya Penangsang. Selain sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, Sunan Kudus juga menjabat sebagai hakim pengadilan bagi Kesultanan Demak.
Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintah kasultanan Demak yaitu, sebagai panglima perang, penasehat Sultan Demak, Mursyid thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum pengusaha dan penyanyi jawa. Diantara yang pernah menjadi muridnya ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang Adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalan yang terkenal ialah Masjid Menara Kudus, yang arsitrekturnya bergaya campuran hindu dan islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat Pada tahun 1550 M Sunan Kudus meninggal dunia saat menjadi Imam sholat Subuh di Masjid Menara Kudus, dalam posisi sujud. kemudian dimakamkan di lingkungan Masjid Menara Kudus.
2.3              Sunan Bonang
Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465, dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim. Dia adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Bonang  adalah sebuah desa di kabupaten Rembang.
Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M, dan saat ini makam aslinya berada di Desa Bonang. Namun, yang sering diziarahi adalah makamnya di kota Tuban. Lokasi makam Sunan Bonang ada dua karena konon, saat beliau meninggal, kabar wafatnya beliau sampai pada seorang muridnya yang berasal dari Madura. Sang murid sangat mengagumi beliau sampai ingin membawa jenazah beliau ke Madura. Namun, murid tersebut tak dapat membawanya dan hanya dapat membawa kain kafan dan pakaian-pakaian beliau. Saat melewati Tuban, ada seorang murid Sunan Bonang yang berasal dari Tuban yang mendengar ada murid dari Madura yang membawa jenazah Sunan Bonang. Mereka memperebutkannya.Dalam Serat Darmo Gandhul, Sunan Bonang disebut Sayyid Kramat merupakan seorang Arab keturunan Nabi Muhammad.
Sunan Bonang banyak menggubah sastra berbentuk suluk atau tembang tamsil. Antara lain Suluk Wijil yang dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr. Sunan Bonang juga menggubah tembang Tamba Ati (dari bahasa Jawa, berarti penyembuh jiwa) yang kini masih sering dinyanyikan orang.
Apa pula sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa yang dahulu diperkirakan merupakan karya Sunan Bonang dan oleh ilmuwan Belanda seperti Schrieke disebut Het Boek van Bonang atau buku (Sunan) Bonang. Tetapi oleh G.W.J. Drewes, seorang pakar Belanda lainnya, dianggap bukan karya Sunan Bonang, melainkan dianggapkan sebagai karyanya.



2.4              Sunan Drajad
Sunan Drajat Nama kecilnya adalah Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M. Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Ia kemudian terdampar di Dusun Jelog –pesisir Banjarwati atau Lamongan sekarang. Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa Drajat, Paciran-Lamongan.
Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara ayahnya: langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria. Terutama seni suluk. Maka ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah “berilah tongkat pada si buta/beri makan pada yang lapar/beri pakaian pada yang telanjang”. Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka menolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak yatim-piatu dan fakir miskin.
Kisah Perjalanan Hidup Sunan Drajat
Alkisah, Raden Qasim menghabiskan masa kanak dan remajanya di kampung halamannya di Ampeldenta, Surabaya. Setelah dewasa, ia diperintahkan ayahnya, Sunan Ampel, untuk berdakwah di pesisir barat Gresik. Perjalanan ke Gresik ini merangkumkan sebuah cerita, yang kelak berkembang menjadi legenda Syahdan, berlayarlah Raden Qasim dari Surabaya, dengan menumpang biduk nelayan. Di tengah perjalanan, perahunya terseret badai, dan pecah dihantam ombak di daerah Lamongan, sebelah barat Gresik. Raden Qasim selamat dengan berpegangan pada dayung perahu. Kemudian, ia ditolong ikan cucut dan ikan talang –ada juga yang menyebut ikan cakalang.
Dengan menunggang kedua ikan itu, Raden Qasim berhasil mendarat di sebuah tempat yang kemudian dikenal sebagai Kampung Jelak, Banjarwati. Menurut tarikh, persitiwa ini terjadi pada sekitar 1485 Masehi. Di sana, Raden Qasim disambut baik oleh tetua kampung bernama Mbah Mayang Madu dan Mbah Banjar.
Konon, kedua tokoh itu sudah diislamkan oleh pendakwah asal Surabaya, yang juga terdampar di sana beberapa tahun sebelumnya. Raden Qasim kemudian menetap di Jelak, dan menikah dengan Kemuning, putri Mbah Mayang Madu. Di Jelak, Raden Qasim mendirikan sebuah surau, dan akhirnya menjadi pesantren tempat mengaji ratusan penduduk.
Jelak, yang semula cuma dusun kecil dan terpencil, lambat laun berkembang menjadi kampung besar yang ramai. Namanya berubah menjadi Banjaranyar. Selang tiga tahun, Raden Qasim pindah ke selatan, sekitar satu kilometer dari Jelak, ke tempat yang lebih tinggi dan terbebas dari banjir pada musim hujan. Tempat itu dinamai Desa Drajat.
Namun, Raden Qasim, yang mulai dipanggil Sunan Drajat oleh para pengikutnya, masih menganggap tempat itu belum strategis sebagai pusat dakwah Islam. Sunan lantas diberi izin oleh Sultan Demak, penguasa Lamongan kala itu, untuk membuka lahan baru di daerah perbukitan di selatan. Lahan berupa hutan belantara itu dikenal penduduk sebagai daerah angker.
Menurut sahibul kisah, banyak makhluk halus yang marah akibat pembukaan lahan itu. Mereka meneror penduduk pada malam hari, dan menyebarkan penyakit. Namun, berkat kesaktiannya, Sunan Drajat mampu mengatasi. Setelah pembukaan lahan rampung, Sunan Drajat bersama para pengikutnya membangun permukiman baru, seluas sekitar sembilan hektare.
Atas petunjuk Sunan Giri, lewat mimpi, Sunan Drajat menempati sisi perbukitan selatan, yang kini menjadi kompleks pemakaman, dan dinamai Ndalem Duwur. Sunan mendirikan masjid agak jauh di barat tempat tinggalnya. Masjid itulah yang menjadi tempat berdakwah menyampaikan ajaran Islam kepada penduduk.
Sunan menghabiskan sisa hidupnya di Ndalem Duwur, hingga wafat pada 1522. Di tempat itu kini dibangun sebuah museum tempat menyimpan barang-barang peninggalan Sunan Drajat –termasuk dayung perahu yang dulu pernah menyelamatkannya. Sedangkan lahan bekas tempat tinggal Sunan kini dibiarkan kosong, dan dikeramatkan.
Sunan Drajat terkenal akan kearifan dan kedermawanannya. Ia menurunkan kepada para pengikutnya kaidah tak saling menyakiti, baik melalui perkataan maupun perbuatan. ”Bapang den simpangi, ana catur mungkur,” demikian petuahnya. Maksudnya: jangan mendengarkan pembicaraan yang menjelek-jelekkan orang lain, apalagi melakukan perbuatan itu.
Sunan memperkenalkan Islam melalui konsep dakwah bil-hikmah, dengan cara-cara bijak, tanpa memaksa. Dalam menyampaikan ajarannya, Sunan menempuh lima cara. Pertama, lewat pengajian secara langsung di masjid atau langgar. Kedua, melalui penyelenggaraan pendidikan di pesantren. Selanjutnya, memberi fatwa atau petuah dalam menyelesaikan suatu masalah.
Cara keempat, melalui kesenian tradisional. Sunan Drajat kerap berdakwah lewat tembang pangkur dengan iringan gending. Terakhir, ia juga menyampaikan ajaran agama melalui ritual adat tradisional, sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Empat pokok ajaran Sunan Drajat adalah: Paring teken marang kang kalunyon lan wuta; paring pangan marang kang kaliren; paring sandang marang kang kawudan; paring payung kang kodanan. Artinya: berikan tongkat kepada orang buta; berikan makan kepada yang kelaparan; berikan pakaian kepada yang telanjang; dan berikan payung kepada yang kehujanan.
Sunan Drajat sangat memperhatikan masyarakatnya. Ia kerap berjalan mengitari perkampungan pada malam hari. Penduduk merasa aman dan terlindungi dari gangguan makhluk halus yang, konon, merajalela selama dan setelah pembukaan hutan. Usai salat asar, Sunan juga berkeliling kampung sambil berzikir, mengingatkan penduduk untuk melaksanakan salat magrib.
”Berhentilah bekerja, jangan lupa salat,” katanya dengan nada membujuk. Ia selalu menelateni warga yang sakit, dengan mengobatinya menggunakan ramuan tradisional, dan doa. Sebagaimana para wali yang lain, Sunan Drajat terkenal dengan kesaktiannya. Sumur Lengsanga di kawasan Sumenggah, misalnya, diciptakan Sunan ketika ia merasa kelelahan dalam suatu perjalanan.
Ketika itu, Sunan meminta pengikutnya mencabut wilus, sejenis umbi hutan. Ketika Sunan kehausan, ia berdoa. Maka, dari sembilan lubang bekas umbi itu memancar air bening –yang kemudian menjadi sumur abadi. Dalam beberapa naskah, Sunan Drajat disebut-sebut menikahi tiga perempuan. Setelah menikah dengan Kemuning, ketika menetap di Desa Drajat, Sunan mengawini Retnayu Condrosekar, putri Adipati Kediri, Raden Suryadilaga.
Peristiwa itu diperkirakan terjadi pada 1465 Masehi. Menurut Babad Tjerbon, istri pertama Sunan Drajat adalah Dewi Sufiyah, putri Sunan Gunung Jati. Alkisah, sebelum sampai di Lamongan, Raden Qasim sempat dikirim ayahnya berguru mengaji kepada Sunan Gunung Jati. Padahal, Syarif Hidayatullah itu bekas murid Sunan Ampel.
Di kalangan ulama di Pulau Jawa, bahkan hingga kini, memang ada tradisi ‘’saling memuridkan”. Dalam Babad Tjerbon diceritakan, setelah menikahi Dewi Sufiyah, Raden Qasim tinggal di Kadrajat. Ia pun biasa dipanggil dengan sebutan Pangeran Kadrajat, atau Pangeran Drajat. Ada juga yang menyebutnya Syekh Syarifuddin.
Bekas padepokan Pangeran Drajat kini menjadi kompleks perkuburan, lengkap dengan cungkup makam petilasan, terletak di Kelurahan Drajat, Kecamatan Kesambi. Di sana dibangun sebuah masjid besar yang diberi nama Masjid Nur Drajat. Naskah Badu Wanar dan Naskah Drajat mengisahkan bahwa dari pernikahannya dengan Dewi Sufiyah, Sunan Drajat dikaruniai tiga putra.
Anak tertua bernama Pangeran Rekyana, atau Pangeran Tranggana. Kedua Pangeran Sandi, dan anak ketiga Dewi Wuryan. Ada pula kisah yang menyebutkan bahwa Sunan Drajat pernah menikah dengan Nyai Manten di Cirebon, dan dikaruniai empat putra. Namun, kisah ini agak kabur, tanpa meninggalkan jejak yang meyakinkan.
Tak jelas, apakah Sunan Drajat datang di Jelak setelah berkeluarga atau belum. Namun, kitab Wali Sanga babadipun Para Wali mencatat: ”Duk samana anglaksanani, mangkat sakulawarga….” Sewaktu diperintah Sunan Ampel, Raden Qasim konon berangkat ke Gresik sekeluarga. Jika benar, di mana keluarganya ketika perahu nelayan itu pecah? Para ahli sejarah masih mengais-ngais naskah kuno untuk menjawabnya.
Beliau wafat dan dimakamkan di desa Drajad, kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Tak jauh dari makam beliau telah dibangun Museum yang menyimpan beberapa peninggalan di jaman Wali Sanga. Khususnya peninggalan beliau di bidang kesenian
2.5              Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad, merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salahsatu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
2.6              Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Sunan Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba'alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy.Dalam cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal.
Isteri Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim memiliki, 3 isteri bernama: 1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa Dinasti Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan Syarifah Sarah 2. Siti Maryam binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad 3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak yaitu: Abbas dan Yusuf. Selanjutnya Sharifah Sarah binti Maulana Malik Ibrahim dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali Murtadha [Sunan Santri/ Raden Santri] dan melahirkan dua putera yaitu Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman Haji (Sunan Ngudung). Selanjutnya Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera Sayyid Ja’far Shadiq [Sunan Kudus].
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.



2.7              Sunan Ampel

Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak),Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
2.8              Jembatan Suramadu
Jembatan Nasional Suramadu adalah jembatan yang melintasi Selat Madura, menghubungkan Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan, tepatnya timur Kamal), Indonesia. Dengan panjang 5.438 m, jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge), dan jembatan utama (main bridge). Jembatan ini diresmikan awal pembangunannya oleh PresidenMegawati Soekarnoputri pada 20 Agustus2003 dan diresmikan pembukaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 10 Juni2009. Pembangunan jembatan ini ditujukan untuk mempercepat pembangunan di Pulau Madura, meliputi bidang infrastruktur dan ekonomi di Madura, yang relatif tertinggal dibandingkan kawasan lain di Jawa Timur. Perkiraan biaya pembangunan jembatan ini adalah 4,5 triliunrupiah. Pembuatan jembatan ini dilakukan dari tiga sisi, baik sisi Bangkalan maupun sisi Surabaya. Sementara itu, secara bersamaan juga dilakukan pembangunan bentang tengah yang terdiri dari main bridge dan approach bridge.
Jembatan Suramadu pada dasarnya merupakan gabungan dari tiga jenis jembatan dengan panjang keseluruhan sepanjang 5.438 meter dengan lebar kurang lebih 30 meter. Jembatan ini menyediakan empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter. Jembatan ini juga menyediakan lajur khusus bagi pengendara sepeda motor disetiap sisi luar jembatan.
Jalan layang atau Causeway dibangun untuk menghubungkan konstruksi jembatan dengan jalan darat melalui perairan dangkal di kedua sisi. Jalan layang ini terdiri dari 36 bentang sepanjang 1.458 meter pada sisi Surabaya dan 45 bentang sepanjang 1.818 meter pada sisi Madura. Jalan layang ini menggunakan konstruksi penyangga PCI dengan panjang 40 meter tiap bentang yang disangga pondasi pipa baja berdiameter 60 cm
2.9              Syeikh  Kholil  Bangkalan  Madura

KH Kholil Bangkalan Madura lahir pada  Hari Selasa tanggal 11 Jumadil Akhir 1235 H atau 27 Januari 1820 M, Abdul Lathif seorang Kyai di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, ujung Barat Pulau Madura, Jawa Timur, merasakan kegembiraan yang teramat sangat. Karena hari itu, dari rahim istrinya lahir seorang anak laki-laki yang sehat, yang diberinya nama Muhammad Kholil, yang kelak akan terkenal dengan nama Mbah Kholil. KH. Abdul Lathif sangat berharap agar anaknya di kemudian hari menjadi pemimpin umat, sebagaimana nenek moyangnya. Seusai mengadzani telinga kanan dan mengiqamati telinga kiri sang bayi, KH. Abdul Lathif memohon kepada Allah agar Dia mengabulkan permohonannya.
Mbah Kholil kecil berasal dari keluarga ulama. Ayahnya, KH. Abdul Lathif, mempunyai pertalian darah dengan Sunan Gunung Jati. Ayah Abdul Lathif adalah Kyai Hamim, anak dari Kyai Abdul Karim. Yang disebut terakhir ini adalah anak dari Kyai Muharram bin Kyai Asror Karomah bin Kyai Abdullah bin Sayyid Sulaiman. Sayyid Sulaiman adalah cucu Sunan Gunung Jati. Maka tak salah kalau KH. Abdul Lathif mendambakan anaknya kelak bisa mengikuti jejak Sunan Gunung Jati karena memang dia masih terhitung keturunannya. Oleh ayahnya, ia dididik dengan sangat ketat. Mbah Kholil kecil memang menunjukkan bakat yang istimewa, kehausannya akan ilmu, terutama ilmu Fiqh dan nahwu, sangat luar biasa. Bahkan ia sudah hafal dengan baik Nazham Alfiyah Ibnu Malik (seribu bait ilmu Nahwu) sejak usia muda. Untuk memenuhi harapan dan juga kehausannya mengenai ilmu Fiqh dan ilmu yang lainnya, maka orang tua Mbah Kholil kecil mengirimnya ke berbagai pesantren untuk menimba ilmu. KH. Muhammad Kholil Bangkalan Madura, Wafat pada tanggal 29 Ramadhan 1341 H/  14 Mei 1923 M.



2.10          K.H.Abdurrahman  Wahid
Kyai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Guru bangsa, reformis, cendekiawan, pemikir, dan pemimpin politik ini menggantikan BJ Habibie sebagai Presiden RI setelah dipilih MPR hasil Pemilu 1999. Dia menjabat Presiden RI dari 20 Oktober 1999 hingga Sidang Istimewa MPR 2001. Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil atau "Sang Penakluk", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada anak kiai.
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara, dari keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya, KH. Hasyim Asyari, adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, KH Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren.
Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama pada 1949. Ibunya, Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.
Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap berada di sana selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.
Akhir 1949, dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya ditunjuk sebagai Menteri Agama. Dia belajar di Jakarta, masuk ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari.
Gus Dur juga diajarkan membaca buku non Islam, majalah, dan koran oleh ayahnya untuk memperluas pengetahuannya. Pada April 1953, ayahnya meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.
Pendidikannya berlanjut pada 1954 di Sekolah Menengah Pertama dan tidak naik kelas, tetapi bukan karena persoalan intelektual. Ibunya lalu mengirimnya ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikan.
Pada 1957, setelah lulus SMP, dia pindah ke Magelang untuk belajar di Pesantren Tegalrejo. Ia mengembangkan reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun (seharusnya empat tahun). Pada 1959, Gus Dur pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang dan mendapatkan pekerjaan pertamanya sebagai guru dan kepala madrasah. Gus Dur juga menjadi wartawan Horizon dan Majalah Budaya Jaya.
Pada 1963, Wahid menerima beasiswa dari Departemen Agama untuk belajar di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, namun tidak menyelesaikannya karena
kekritisan pikirannya.
Gus Dur lalu belajar di Universitas Baghdad. Meskipun awalnya lalai, Gus Dur bisa menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad tahun 1970.
Dia pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya, guna belajar di Universitas Leiden, tetapi kecewa karena pendidikannya di Baghdad kurang diakui di sini. Gus Dur lalu pergi ke Jerman dan Prancis sebelum kembali ke Indonesia pada 1971.
Gus Dur kembali ke Jakarta dan bergabung dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), organisasi yg terdiri dari kaum intelektual muslim progresif dan sosial demokrat.
LP3ES mendirikan majalah Prisma di mana Gus Dur menjadi salah satu kontributor utamanya dan sering berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa.
Saat inilah dia memprihatinkan kondisi pesantren karena nilai-nilai tradisional pesantren semakin luntur akibat perubahan dan kemiskinan pesantren yang ia lihat. Dia kemudian batal belajar luar negeri dan lebih memilih mengembangkan pesantren. Abdurrahman Wahid meneruskan karirnya sebagai jurnalis, menulis untuk Tempo dan Kompas. Artikelnya diterima baik dan mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial.
Dengan popularitas itu, ia mendapatkan banyak undangan untuk memberikan kuliah dan seminar, sehingga dia harus pulang-pergi Jakarta dan Jombang.
Pada 1974, Gus Dur mendapat pekerjaan tambahan di Jombang sebagai guru di Pesantren Tambakberas. Satu tahun kemudian, Gus Dur menambah pekerjaannya dengan menjadi Guru Kitab Al Hikam. Pada 1977, dia bergabung di Universitas Hasyim Asyari sebagai dekan Fakultas Praktik dan Kepercayaan Islam, dengan mengajar subyek tambahan seperti pedagogi, syariat Islam dan misiologi. Ia lalu diminta berperan aktif menjalankan NU dan ditolaknya. Namun, Gus Dur akhirnya menerima setelah kakeknya, Bisri Syansuri, membujuknya. Karena mengambil pekerjaan ini, Gus Dur juga memilih pindah dari Jombang ke Jakarta. Abdurrahman Wahid mendapat pengalaman politik pertamanya pada pemilihan umum legislatif 1982, saat berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP), gabungan empat partai Islam termasuk NU.
Reformasi NU
NU membentuk Tim Tujuh (termasuk Gus Dur) untuk mengerjakan isu reformasi dan membantu menghidupkan kembali NU. Pada 2 Mei 1982, para pejabat tinggi NU bertemu dengan Ketua NU Idham Chalid dan memintanya mengundurkan diri. Namun, pada 6 Mei 1982, Gus Dur menyebut pilihan Idham untuk mundur tidak konstitusionil. Gus Dur mengimbau Idham tidak mundur.
Pada 1983, Soeharto dipilih kembali sebagai presiden untuk masa jabatan keempat oleh MPR dan mulai mengambil langkah menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara. Dari Juni 1983 hingga Oktober 1983, Gus Dur menjadi bagian dari kelompok yang ditugaskan untuk menyiapkan respon NU terhadap isu ini.
Gus Dur lalu menyimpulkan NU harus menerima Pancasila sebagai Ideologi Negara. Untuk lebih menghidupkan kembali NU, dia mengundurkan diri dari PPP dan partai politik agar NU fokus pada masalah sosial.
Pada Musyawarah Nasional NU 1984, Gus Dur dinominasikan sebagai ketua PBNU dan dia menerimanya dengan syarat mendapat wewenang penuh untuk memilih pengurus yang akan bekerja di bawahnya.
Terpilihnya Gus Dur dilihat positif oleh Suharto. Penerimaan Wahid terhadap Pancasila bersamaan dengan citra moderatnya menjadikannya disukai pemerintah. Pada 1987, dia mempertahankan dukungan kepada rezim tersebut dengan mengkritik PPP dalam pemilihan umum legislatif 1987 dan memperkuat Partai Golkar. Ia menjadi anggota MPR dari Golkar. Meskipun disukai rezim, Gus Dur acap mengkritik pemerintah, diantaranya proyek Waduk Kedung Ombo yang didanai Bank Dunia. Ini merenggangkan hubungannya dengan pemerintah dan Suharto. Selama masa jabatan pertamanya, Gus Dur fokus mereformasi sistem pendidikan pesantren dan berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga menandingi sekolah sekular.
Gus Dur terpilih kembali untuk masa jabatan kedua Ketua PBNU pada Musyawarah Nasional 1989. Saat itu, Soeharto, yang terlibat dalam pertempuran politik dengan ABRI, berusaha menarik simpati Muslim.
Pada Desember 1990, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dibentuk untuk menarik hati intelektual muslim di bawah dukungan Soeharto dan diketuai BJ Habibie. Pada 1991, beberapa anggota ICMI meminta Gus Dur bergabung, tapi ditolaknya karena dianggap sektarian dan hanya membuat Soeharto kian kuat. Bahkan pada 1991, Gus Dur melawan ICMI dengan membentuk Forum Demokrasi, organisasi terdiri dari 45 intelektual dari berbagai komunitas religius dan sosial. Pada Maret 1992, Gus Dur berencana mengadakan Musyawarah Besar untuk merayakan ulang tahun NU ke-66 dan merencanakan acara itu dihadiri paling sedikit satu juta anggota NU.

2.11          Tanah Lot
Salah satu Pura yang paling penting Bali laut, Pura Tanah Lot ("Kuil Tanah di Tengah Laut") adalah pemandangan yang spektakuler, terutama saat matahari terbenam. Pulau kecil dibentuk oleh erosi bertahap dari gelombang laut selama ribuan tahun. Candi Tanah Lot dikatakan telah didirikan oleh abad ke-16 Begawan Nirartha, salah satu Pendeta terakhir yang datang ke Bali dari Jawa. Candi Tanah Lot berdiri di sebuah pulau berbatu lepas pantai barat daya Bali. Salah satu kuil yang paling suci di Bali laut, Tanah Lot didedikasikan untuk roh penjaga laut. Kuil itu sendiri dikatakan dijaga dari kejahatan oleh ular laut yang menghuni gua-gua bawah.
Kuil itu sendiri tidak dapat diakses pengunjung, namun pemandangan dapat memiliki dari berbagai titik di dekatnya. Massa terutama berkumpul di teras terdekat untuk menonton cahaya matahari terbenam di belakang kuil. Tentu, ada banyak toko-toko suvenir dan kafe seputaran daerah tersebut.

2.12          Pantai Kuta
Pantai Kuta adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di sebelah selatan Denpasar, ibu kotaBali, Indonesia. Kuta terletak di Kabupaten Badung. Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisata turis mancanegara, dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal 70-an. Pantai Kuta sering pula disebut sebagai pantai matahari terbenam (sunset beach) sebagai lawan dari pantai Sanur.
Hugh Mahbett juga telah menerbitkan sebuah buku berjudul “Praise to Kuta” yang berisi ajakan kepada masyarakat setempat untuk menyiapkan fasilitas akomodasi wisata. Tujuannya untuk mengantisipasi ledakan wisatawan yang berkunjung ke Bali. Buku itu kemudian menginspirasi banyak orang untuk membangun fasilitas wisata seperti penginapan, restoran dan tempat hiburan.
Di Kuta terdapat banyak pertokoan, restoran dan tempat permandian serta menjemur diri. Selain keindahan pantainya, pantai Kuta juga menawarkan berbagai macam jenis hiburan lain misalnya bar dan restoran di sepanjang pantai menuju pantai Legian. Rosovivo, Ocean Beach Club, Kamasutra, adalah beberapa club paling ramai di sepanjang pantai Kuta. Pantai ini juga memiliki ombak yang cukup bagus untuk olahraga selancar (surfing), terutama bagi peselancar pemula. Lapangan Udara I Gusti Ngurah Rai terletak tidak jauh dari Kuta.
2.13          Pusat Oleh-oleh Krisna
Toko oleh-oleh khas Bali KRISNA , memang selau bikin kejutan , setelah berhasil dengan toko pusat oleh oleh yang sebelumnya kini toko KRISNA yang terbaru buka di jalan Raya Tuban, dekat dengan bandara udara Ngurah Rai.  Seperti toko toko KRISNA yang lainnya sama sama memiliki gedung yang luas , parkiran yang sangat besar, dan jumlah barang dagangan KRISNA yang di jajakibanyak dan  juga tak jauh berbeda dengan toko toko KRISNA yang lainnya , tetapi toko pusat oleh-oleh KRISNA yang terbaru ini memiliki nilai spesial yaitu buka  24 jam dan untuk hargan jualnya masih sama dengan toko KRISNA yang lainnya yaitu MURAH HABIS. Jadi anda yang berlibur ke Bali tidak sempat menbeli oleh oleh karena sibuknya jadwal anda selama di Bali atau perjalana tour anda mengabiskan waktu anda sehingga tidak memiliki waktu untuk berbelanja di siang hari padahal banyak toko suvenir sudah tutup, Tapi kini solusi baru sudah ada anda bisa datang ke toko pusat oleh-oleh KRISNA yang berada di Jl. Raya Tuban. Dan apabila anda membutuhkan layanan Transport di Bali jangan ragu hubungi kami Ayo Bali Transport kami siap menemani perjalanan anda.
Alamat  toko KRISNA  di Bali :
  1. Jalan Nusa Kambangan Denpasar ( dekat simpang enam Jalan utama Tengku Umar )
  2. Jalan Sunset Roud Kuta
  3. Jalan Raya Tuban ( dekat Airport Ngurah Rai ) , 24 Jam open
Barang yang di  jual di toko KRISNA ini lebih banyak ke jenis  :
  • Pakean motif Bali                                     40%
  • Makanan khas Bali                                   10%
  • Lukisan                                                   10%
  • dan masih banyak sovenir Bali lainnya       40%

2.14          Pusat Oleh-oleh Karang Kurnia
KARANG KURNIA adalah pusat oleh-oleh di pulau bali yang didirikan oleh I Gede Wireyasa. berawal dari studi bandingnya di toko oleh-oleh Ia mencoba berbisnis sendiri. karang kurnia memiliki beberapa cabang, yaitu:
1.      Jalan Cargo 99X Denpasar Bali
2.      Jalan Gatot Subroto XX Denpasar Bali
Di sini bisa ditemukan berbagai macam kerajinan dan oleh-oleh lainnya,seperti : lukisan, patung, pakaian anak dan dewasa, bed cover, pernak-pernik, batik, dll. Barang-barang tersebut tidak semuanya buatan bali melainkan banyak yang diambil dari pulau jawa seperti batik. Pasar Karang Kurnia lebih murah dibanding pasar lain di bali. dengan lahan parkir yang cukup luas dan suasana yang lumayan segar membuat pengunjung merasa nyaman

2.15          Pusat Oleh-oleh Cening Bagus
Cening Bagus berdiri pada tanggal 27 April 2009, berdiri di tanah milik desa yang berada di Jln. Raya Batu bulan 100X, Sukowati, Gianyar, Bali. Cening Bagus berdiri atas gagasan untuk mambantu pengrajin kecil di Gianyar bali. Perusahaan ini berdiri dari nol/usaha kecil, setiap dua bulan sekali Cening Bagus melakukan evaluasi untuk pengembangan selanjutnya. Dalam pendirian Cening Bagus terdapat visi dan misi cening bagus, visi dari Cening Bagus adalah “Membantu pengrajin kecil (home industri) menuju kesejahteraan”, sedangkan misi dari cening bagus adalah “Pariwisata Bali makin lama makin berkembang seiring dengan himbauan pemerintah Bali khususnya bidang pariwisata untuk ikutan dildalam memajukan pariwisata di Bali”, yang membuat Cening Bagus dapat dikembangkan seperti saat ini.
Cening Bagus sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa dan penjualan produk oleh-oleh khas Bali. Cening Bagus juga mempunyai peranan penting dalam kebangkitan perkembangan wisata di Bali, khususnya paska ledakan bom (dikenal dengan Bom Bali I dan II) dimana Cening Bagus menjual pelayanan jasa/memandu kepada wisatawan dalam menjalajahi pariwisata di Bali. Selain itu Cening Bagus juga berperan penting dalam pengembangan industri, khususnya industri-industri kerajinan perumahan, dimana Cening Bagus merekomendasikan para wisatawan yang menggunakan jasanya untuk berkunjung kegalerinya yang berisi berbagai produk khas Bali dan luar Bali. Cening Bagus juga bekerja sama dengan pemerintah dalam upaya memajukan pariwisata di bali.









2.16          Pasar Sukawati
            Pasar Sukawati adalah pasar Seni yang sangat terkenal sampai ke penjuru dunia. Pasar seni Sukawati terdapat di Desa Sukawati Kabupaten Gianyar. Jarak dari airport Denpasar sekitar tiga puluh kilometer, yang dapat kita tempuh dengan mobil selama 45 menit.  
Pasar Seni Sukawati sangat terkenal karena menjual pakaian dan kerajinan traditional khas Bali dengan harga yang sangat murah. Pakaian seperti Batik yang berciri khas Batik ornamen Bali. Selain itu juga banyak dijual pakaian baik celanan maupun baju, yang dapat anda gunakan di pantai dan harganya pun sangat murah dibandingkan dengan tempat lain. Jadi anda dapat membeli oleh-oleh khas Bali, yang dapat kita berikan kepada teman dan keluarga kita, tanpa banyak menghabiskan biaya liburan.
Semua harga yang ditawarkan disini, dapat kita tawar. Jadi pintar-pintarlah untuk menawar. Sebagai bayangan untuk kita, harga pas di pasar ini adalah sepertiga dari harga yang ditawarkan oleh penjual. Jika anda ingin sukses menawar harga, maka sebaiknya kita datang di pagi hari pada saat baru buka. Karena kepercayaan orang Bali jika pada saat baru buka dagangan langsung dapat jualan, maka akan memperlaris barang dagangan mereka. Jadi jika kita mampu datang ke pasar seni Sukawati pada pukul 10:00 wita (waktu lokal), alangkah baiknya kita mencoba menawar lebih murah.

2.17          Danau Bedugul
Bedugul adalah sebuah obyek wisata di Bali yang terletak di daerah pegunungan yang memiliki suasana sejuk dan nyaman, nah di Bedugul kita juga bisa menyaksikan keindahan danau Buyan, danau Beratan dan Pura Ulun Danu.Bedugul terletak di Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Jaraknya kurang lebih 70 km dari wilayah wisata Kuta/ Bandara Ngurah Rai. Bangunan yang terdapat di areal wisata Bedugul ini merupakan bangunan tempo dulu dan terbilang kuno, tapi semua keadan fisiknya masih bersih dan tertata dengan rapi. Terletak di dataran tinggi, menyebabkan tempat ini sangat sejuk dan kadang-kadang di selimuti kabut, keindahan alam pegunungan dan Danau Beratan yang bersih, di tengahnya ada sebuah pura Ulun Danu yang merupakan tempat pemujaan kepada Sang Hyang Dewi Danu sebagai pemberikesuburan, akan sangat sayang sekali kalau di lewatkan. Kabupaten Tabanan memiliki wilayah geografis yang sempurna, yaitu memiliki pegunungan dan pantai. Tanahnya pun rata-rata subur sehingga semua wilayahnya bisa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Tak heran jika kabupaten ini disebut sebagai lumbung pangan. Hal itu diperoleh tidak hanya karena memiliki areal sawah terluas di seluruh Bali, tetapi juga berkat adanya komoditas sayuran dan buah untuk memenuhi kebutuhan hotel, restoran, dan supermarket di Bali. Primadona wisata wilayah ini bagai mangkok raksasa yang dilatari Gunung Catur disebelah utara, sementara di tengahnya terdapat Danau Bratan yang menjadi primadona kawasan wisata ini. Selain indah, ada keunikan dari danau ini. Di tepinya terdapat Masjid Al Hidayah, sementara di sisi lainya terdapat Pura Ulun Danu. Pura ini merupakan persembahan kepada Dewi Danu, lambang sumber kesuburan tanah di sekitarnya. Menurut babad Bali, pura yang terdiri dari empat meru (bangunan utama) ini dibangun oleh Raja Mengwi pada 1633. Bangunannya menjorok ke danau sehingga terlihat seperti menyembul dari dalam air. Sementara itu di seberang danau terdapat tiga buah gua Jepang. Masing-masing memiliki kedalaman 25 meter yang digali oleh tenaga romusha dari warga sekitar semasa pendudukan Jepang. Jika sudah sampai di tempat ini rasanya Kebun Raya Eka Karya yang memiliki luas 129,2 hektare tak boleh dilewatkan. Kebun raya ini terletak di antara Danau Beratan, Danau Tamblingan, Danau Buyan dan kawasan hutan lindung di sebelah baratnya. Kebun Raya Bedugul terletak di sebelah Barat 0byek Wisata Danau Bratan Kabupaten Tabanan, merupakan sebuah komplek hutan suaka alam. Hutan tersebut ditata sedemikian rupa sehingga terwujud suatu pemandangan indah, sejuk dan nyaman. Di sela-sela pepohonan yang rindang terhampar rerumputan yang menghijau dan ditanami bunga-bungaan yang beraneka ragam di sepanjang jalan setapak di sekeliling hutan yang menambah kesejukan udara dan keheningan suasana. Disamping pemandangan yang indah dan menghijau terdapat pula suatu bangunan rumah kaca yang dipergunakan untuk percobaan dan pengembangan tumbuh-tumbuhan terutama anggrek. Juga terdapat ribuan jenis tanaman yang dipelihara dengan baik secara profesional.

BAB V
PENUTUP
5.1               Simpulan
Kegiatan  ziarah  wisata ke daerah Jawa, Madura, Bali merupakan kegiatan tahunan di MA AL BIDAYAH Candi yang selalu dilaksanakan bagi kelas XI. Kegiatan ziarah wisata ke daerah Jawa, Madura, Bali merupakan kegiatan yang memiliki manfaat, yaitu dapat melakukan ziarah ke makam – makam Wali Songo atau tokoh penting dan  juga dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah pengetahuan, serta mendapat hiburan.

5.2              Saran
1.      Jangan mengotori tempat ziarah dan tempat wisata.
2.      Jangan melanggar peraturan tempat - tempat ziarah wisata.
3.      Kegiatan ziarah wisata sebaiknya direncanakan secara matang agar kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik.
4.      Kegiatan ziarah wisata dapat dijadikan alternatif pemilihan study tour.
        


                       



DAFTAR PUSTAKA

www. Sarjanaku.com>Home>skripsi
www. wikipedia.org/wiki/Pantai_Pandawa
Pusat Pembimbing dan Pembangunan Bahasa.2005.
MB. Rhimsyah. Tanpa tahun. Kisah Wali Songo Penyebar Agama Islam Di Pulau Jawa. Surabaya Penerbit: Karya Gemilang Utama.






LAMPIRAN-LAMPIRAN 
LAMPIRAN FOTO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar