KARYA TULIS
ZIARAH WISATA JAWA BALI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Bahasa
Indonesia Dan Sebagai Syarat Kenaikan Kelas XII
Disusun Oleh :
1.
LAILA
SARI XI BAHASA
2
2.
NIKE
ARDILA XI BAHASA
2
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM ( YPI )
MADRASAH
ALIYAH AL BIDAYAH
CANDI
BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG
2000
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ini telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing sebagai
salah satu syarat kenaikan kelas XII MA AL BIDAYAH Candi Bandungan, tahun
ajaran 2016/2017 pada :
Hari : SADHA
Tanggal : 32 AGUSTUS 2000
Candi,
Mengetahui
Kepala
Madrasah Pembimbing
Drs. Edi Winarto Mustofa,
S.Pd. I
NIP.
NIP.
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Karya Tulis ini telah disetujui oleh pembimbing
untuk diujikan atau diperiksa sebagai syarat kenaikan kelas.
Candi ,
Mengetahui,
Pembimbing
Mustofa,
S.Pd. I
NIP
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
·
Dibalik
kerja keras pasti ada hasilnya
·
Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya karena Allah
SWT”
·
Mustahil adalah bagi mereka yang tidak pernah mencoba – Jim Goodwin
·
Jangan tanya apa yang dibuat oleh negara
untukmu, tapi tanyalah apa yang boleh kamu buat untuk negara -Abraham Lincoln
·
Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang
berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna. ~ Einstein
·
Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah.
·
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik
untuk hari tua. (Aristoteles)
·
“Ápa yang kita
tanam itulah yang akan kita tunai. Karena curahan hujan tidak memilih-milih
apakah pohon apel atau hanya semak belukar” (Wira Sagala)
·
Today is the best than yesterday. (Wira Sagala)
Karya tulis ini disusun dan dipersembahkan
kepada :
·
Bapak
dan Ibu guru MA Al Bidayah
- Bapak dan Ibu guru yang telah membantu dan memberikan fasilitas kepada kami.
- Teman – teman dan pihak lain yang penulis tidak dapat meyebutkan satu persatu
- Madrasah Aliyah Al Bidayah
- Kedua orang tua kami
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyusun Karya tulis ini dengan
baik dan lancar.
Penulis menyusun Laporan Karya tulis ini untuk memenuhi tugas bahasa
Indonesia serta menambah wawasan dan pengetahuan ziarah wisata. Dalam
penyusunan Karya Tulis ini penulis menyadari bahwa penyajian dan masih banyak
kesalahan dan kekeliruan, maka dari itu, kritik dan saran dari pada pembaca
kami harapkan. Dengan terselesaikannya Karya Tulis ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Drs. Edi Winarto selaku Kepala
Madrasah Aliyah Al Bidayah Candi Bandungan.
2.
Bapak Mustofa S.Pd. I selaku Pembimbing
3.
Bapak Effendi Fitriawan, S.Pd selaku
guru bidang study Bahasa Indonesia.
4.
Bapak dan ibu guru di MA Al Bidayah.
5.
Semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya Karya Tulis ini dengan baik.
6.
Kedua orang tuaserta teman-teman yang
mendukung dalam pembuatan Karya tulis ini.
Semoga Karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.. atas saran dan kritik yang membangun untuk
sempurnanya Laporan Karya Tulis ini kami ucapkan terima kasih.
Candi,
Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
2.3 Pengertian Jawa................................................................................................. 3
2.4PengertianBali..................................................................................................... 4
BAB
IV HASIL PENELITIAN........................................................................... 9
4.4 Sunan Drajad………...……………………………………………………….13
4.6 Sunan Gresik................................................................................................... 19
4.10 KH Abdurrahman
Wahid............................................................................. 24
4.14
Pusat Oleh-oleh Karang Kurnia.................................................................... 31
4.15
Pusat
Oleh-oleh Cening Bagus..................................................................... 32
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ziarah wisata di MA Al Bidayah merupakan kegiatan
tahunan yang dilaksanakan oleh Madrasah Aliyah Al Bidayah yang diharapkan bisa
memupuk keimanan dan ketaqwaan.
Wisata merupakan sarana kita untuk
menghibur diri. Dengan wisata kita dapat melupakan segala masalah yang kita
hadapi. Oleh karena itu, wisata juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk
relaksasi.
Ziarah
wisata merupakan sejumlah kegiatan yang dapat menumbuhkan sikap yang positif,
selain itu juga dapat menimbulkan sikap religius.
Di zaman
sekarang ini banyak orang yang mengalami gangguan pikiran atau sering disebut
dengan stress denegan pekerjaannya, selain itu mereka tidak menyadari bahwa
mereka membutuhkan adanya relaksasi agar tidak terlalu tegang menghadapi
pekerjaan di hari esok.
Pada
tahun ini dikelas XI melaksanakan ziarah wisata ke pulau Jawa dan Bali. Disana
terdapat banyak obyek wisata yang bagus dan bersifat keagamaan.
1.2
Rumusan Masalah
Pada
latar belakang masalah yang telah disebutkan pulau Jawa sebagai tempat ziarah
dan pulau bali sebagai tempat wisata, untuk lebih jelasnya penulis membuat
rumusan masalah :
1.2.1 Bagaimana
pelaksanaan ziarah di pulau Jawa, dan wisata di pulau Bali?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya
tulis ini adalah :
1.3.1
Untuk memenuhi
tugas bahasa Indonesia
1.3.2
Untuk mengenal
lebih jelas tentang tempat ziarah dan wisata di Indonesia
1.3.3
Mendapat pengetahuan
dan wawasan yang lebih luas
1.4
Manfaat
Penelitian
1.4.1
Wawasan dan
pengetahuan tentang ziarah wisata semakin bertambah
1.4.2
Keimanan dan
ketaqwaan semakin meningkat
1.4.3
Mengetahui dan
mengenali peninggalan para wali serta sejarahnya
BAB
II
LANDASAN
TEORITIS
2.1
PENGERTIAN ZIARAH
Ziarah
adalah salah satu praktik sebagian besar
umat beragama yang memiliki makna moral yang penting. Kadang ziarah dilakukan ke
suatu tempat yang suci dan penting bagi keyakinan dan iman yang bersangkutan
yang bertujuan untuk mengingat kembali, meneguhkan iman dan mensucikan diri.
(www.wikipedia.com)
2.2
PENGERTIAN WISATA
Kata
wisata berhubungan erat dengan piknik, pariwisata dan lain-lain. Untuk sebagian
orang agenda wisata setiap tahunnya telah menjadi sebuah kebutuhan layaknya
kebutuhan primer. Dasar dari pendangan ini adalah wisata digunakan sebagai
penyeimbang hidup setelah sekian hari berkutat dengan pekerjaan yang memiliki
jadwal yang ketat, sehingga dengan melakukan wisata, tubuh menjadi lebih segar,
dan fikiranpun menjadi segar kembali. (www.wikipedia.com)
2.3
PENGERTIAN ZIARAH WISATA
Ziarah wisata merupakan wisata atau traveling yang
dilaksanakan oleh seseorang maupun kelompok buat tujuan berziarah maupun buat
menjalankan bagian dari kepercayaan spiritual atau agamanya.
(www.wikipedia.com)
2.4
PENGERTIAN PULAU JAWA
Jawa
adalah sebuah pulau di Indonesia dengan penduduk 136 juta, pulau ini merupakan
pulau berpenduduk terpadat di dunia dan merupakan salah satu wilayah
berpenduduk terpadat di dunia pulau ini
dihuni oleh 60% penduduk Indonesia, Jakarta terletak di Jawa bagian barat.
Banyak sejarah Indonesia berlangsung di pulau ini. Jawa dahulu merupakan pusat
dari beberapa kerajaan hindhu, budha, kesultanan islam, pemerintah kolonial
Hindia-Belanda, serta pusat pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pulau ini
berdampak sangat besar terhadap kehidupan sosial, politik, ekonomi Indonesia.
(www.wikipedia.com)
2.5
PENGERTIAN PULAU BALI
Bali
adalah nama salah satu provinsi di indonesia dan juga merupakan nama pulau yang
terbesar yang menjadi bagian dari provinsi terbesar. Selain terdiri dari Pulau
Bali, wilayah provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil
disekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa
Ceningan dan Pulau Serangan. Bali terletak Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota
provinsinya ialah Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas
penduduk bali adalah pemeluk agama hindhu. Di dunia bali terkenal sebagai
tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil karya seni budayanya,
khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga dikenal dengan
sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura. (www.wikipedia.com)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
JENIS
PENELITIAN
3.1.1 Penelitian Deskriptif adalah salah satu jenis metode penelitian yang
berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya.
(Best, 1982 : 119)
3.1.2 Penelitian kualitatif adalah suatu
pendekatan yang peneliti mengumpulkan data secara langsung dan berinteraksi
dengan orang-orang ditempat penelitian.
(Mc.Millan dan Schumacher, 2003)
3.2
WAKTU
DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada :
Hari :
Tanggal :
Berangkat
pukul :
Adapun tempat – tempat
yang dikunjungi, antara lain :
Tempat-tempat
ziarah (Jawa)
1. Makam Sunan Kalijaga
2. Makam Sunan Kudus
3. Makam Sunan Bonang
4. Makam Sunan Drajat
5. Makam Sunan Giri
6. Makam Sunan Gresik
7. Makam Sunan Ampel
8. Makam Gus Dur
Tempat-tempat
wisata di Pulau Bali
1. Tanah Lot
2. Pantai Kuta
3. Pusat Oleh-oleh Krisna
4. Pusat Oleh-oleh Karang Kurnia
5. Pusat Oleh-oleh Cening Bagus
6. Pasar Sukowati
7. Danau Bedugul
3.3
METODE
PENGUMPULAN DATA
3.3.1 Metode
Observasi (Pengamatan)
Yaitu dengan cara mengunjungi dan meneliti makam dan tempat - tempat
wisata di pulau Jawa dan pulau Bali.
3.3.2 Metode
Wawancara (Interview)
Mencari informasi menggunakan system tanya jawab
dengan narasumber, seperti juru kunci ataupun penduduk sekitar.
3.3.3 Metode
Dokumentasi
Mencari beberapa gambar secara langsung dengan
kamera, ponsel maupun mengambil dari media internet.
3.4
SISTEMATIKA
PENULISAN
Dalam
penyusunan karya tulis ini, kami telah
menguraikan sistematika yang digunakan dalam karya tulis ini, antara lain :
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan
Masalah
1.3
Tujuan
Penelitian
1.4
Manfaat
Penelitian
BAB
II LANDASAN TEORITIS
2.1
Pengertian
Ziarah
2.2
Pengertian
Wisata
2.3
Pengertian
Ziarah Wisata
2.4
Pengertian
Jawa
2.5
Pengertian
Bali
2.6
BAB III
LANDASAN TEORITIS
3.1
Penelitian Deskriptif Kualitatif
3.2
Waktu Dan
Tempat Pelaksanaan Kegiatan
3.3
Metode
Pengumpulan Data
3.4
Sistematika
Penulisan
BAB IV PEMBAHASAN
4.1
Sunan Kali
Jaga
4.2
Sunan Kudus
4.3
Sunan Bonang
4.4
Sunan Drajat
4.5
Sunan Giri
4.6
Sunan Gresik
4.7
Sunan Ampel
4.8
Syeikh Kholil
Bangkalan
4.9
Makam Gus Dur
4.10 Suramadu
4.11 Tanah Lot
4.12 Pantai Kuta
4.13 Pusat Oleh-oleh Karang Kurnia
4.14 Pusat Oleh-oleh Cening Bagus
4.15 Pasar Sukawati
4.16 Bedugul
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
5.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN FOTO
BAB IV
HASIL PENELITIAN
2.1
Sunan Kalijaga
Sunan
Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama
Tumenggung Wilwatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain
Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Berdasarkan satu
versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Pada saat Sunan
Kalijaga berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali.
Sunan Kalijaga adalah seorang tokoh Wali Songo yang sangat lekat dengan Muslim di Pulau Jawa, karena kemampuannya
memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi Jawa. Makamnya berada di Kadilangu, Demak. Masa hidup Sunan Kalijaga
diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa
akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan
Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan
Senopati. Ia ikut pula merancang
pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung
Demak. Tiang "tatal"
(pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi
Sunan Kalijaga.
Mengenai
asal usul beliau, ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa beliau juga masih
keturunan Arab. Tapi, banyak pula yang menyatakan ia orang Jawa asli. Van Den Berg
menyatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah keturunan Arab yang silsilahnya sampai
kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Sementara itu menurut BabadTuban menyatakan bahwa Aria Teja alias 'Abdul
Rahman berhasil mengislamkan Adipati Tuban, Aria Dikara, dan mengawini
putrinya. Dari perkawinan ini ia memiliki putra bernama Aria Wilatikta. Menurut
catatan Tome Pires, penguasa Tuban pada tahun 1500 M adalah cucu dari peguasa
Islam pertama di Tuban. Sunan Kalijaga atau Raden Mas Said adalah putra Aria
Wilatikta. Sejarawan lain seperti De Graaf membenarkan bahwa Aria Teja I
('Abdul Rahman) memiliki silsilah dengan Ibnu Abbas, paman Muhammad. Sunan Kalijaga mempunyai tiga anak salah satunya
adalah Umar Said atau Sunan Muria.
Dalam
satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana
Ishak, dan mempunyai 3 putra: R. Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rakayuh dan Dewi Sofiah. Dalam dakwah, ia punya pola yang sama
dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian
dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.
Ia sangat
toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika
diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti
sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami,
dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Tidak mengherankan, ajaran Sunan
Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir,
wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya
yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas baju
takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang
Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu ("Petruk Jadi Raja"). Lanskap pusat
kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula
dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
Metode
dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam
melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang.Ketika wafat, beliau dimakamkan di Desa Kadilangu, dekat kota Demak (Bintara). Makam ini hingga sekarang masih ramai diziarahi orang.
2.2
Sunan
Kudus
Sunan
Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil
atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan
Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin
Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin
Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik
Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam
bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin
Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali
Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad
Rasulullah.
Sunan
Kudus dilahirkan dengan nama Jaffar Shadiq. Dia adalah putra dari pasangan
Sunan Ngudung, adalah panglima perang Kesultanan Demak Bintoro dan Syarifah
adik dari Sunan Bonang. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
Sunan
Kudus pernah menjabat sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, dan dalam
masa pemerintahan Sunan Prawoto dia menjadi penasihat bagi Arya Penangsang.
Selain sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, Sunan Kudus juga menjabat
sebagai hakim pengadilan bagi Kesultanan Demak.
Sebagai
seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintah kasultanan
Demak yaitu, sebagai panglima perang, penasehat Sultan Demak, Mursyid thariqah
dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum pengusaha dan
penyanyi jawa. Diantara yang pernah menjadi muridnya ialah Sunan Prawoto
penguasa Demak, dan Arya Penangsang Adipati Jipang Panolan. Salah satu
peninggalan yang terkenal ialah Masjid Menara Kudus, yang arsitrekturnya
bergaya campuran hindu dan islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat Pada tahun
1550 M Sunan Kudus meninggal dunia saat menjadi Imam sholat Subuh di Masjid
Menara Kudus, dalam posisi sujud. kemudian dimakamkan di lingkungan Masjid
Menara Kudus.
2.3
Sunan
Bonang
Sunan
Bonang dilahirkan pada tahun 1465, dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim. Dia adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Bonang adalah sebuah desa di kabupaten Rembang.
Sunan
Bonang wafat pada tahun 1525 M, dan saat ini makam aslinya berada di Desa Bonang. Namun, yang sering
diziarahi adalah makamnya di kota Tuban. Lokasi makam Sunan Bonang ada dua karena konon, saat beliau meninggal,
kabar wafatnya beliau sampai pada seorang muridnya yang berasal dari Madura.
Sang murid sangat mengagumi beliau sampai ingin membawa jenazah beliau ke
Madura. Namun, murid tersebut tak dapat membawanya dan hanya dapat membawa kain
kafan dan pakaian-pakaian beliau. Saat melewati Tuban, ada seorang murid Sunan
Bonang yang berasal dari Tuban yang mendengar ada murid dari Madura yang
membawa jenazah Sunan Bonang. Mereka memperebutkannya.Dalam Serat Darmo
Gandhul, Sunan Bonang disebut Sayyid Kramat merupakan seorang Arab keturunan
Nabi Muhammad.
Sunan
Bonang banyak menggubah sastra berbentuk suluk atau tembang
tamsil. Antara lain Suluk Wijil yang dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu
Sa'id Al Khayr. Sunan Bonang juga menggubah tembang Tamba Ati (dari bahasa Jawa, berarti penyembuh
jiwa) yang kini masih sering dinyanyikan orang.
Apa pula
sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa yang dahulu diperkirakan merupakan karya Sunan Bonang dan oleh ilmuwan Belanda seperti Schrieke disebut Het Boek van Bonang atau buku (Sunan) Bonang. Tetapi oleh G.W.J. Drewes, seorang
pakar Belanda lainnya, dianggap bukan karya Sunan Bonang, melainkan dianggapkan
sebagai karyanya.
2.4
Sunan
Drajad
Sunan Drajat Nama kecilnya adalah Raden Qosim. Ia
anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia bersaudara dengan
Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan
Drajat yang
bergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M. Sunan Drajat mendapat
tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui
laut. Ia kemudian terdampar di Dusun Jelog –pesisir Banjarwati atau Lamongan
sekarang. Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan dan
mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa Drajat,
Paciran-Lamongan.
Dalam
pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara ayahnya: langsung dan
tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya
mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria. Terutama seni suluk.
Maka ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah “berilah
tongkat pada si buta/beri makan pada yang lapar/beri pakaian pada yang
telanjang”. Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka
menolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak yatim-piatu
dan fakir miskin.
Kisah
Perjalanan Hidup Sunan Drajat
Alkisah, Raden
Qasim menghabiskan masa kanak dan remajanya di kampung halamannya di
Ampeldenta, Surabaya. Setelah dewasa, ia diperintahkan ayahnya, Sunan Ampel,
untuk berdakwah di pesisir barat Gresik. Perjalanan ke Gresik ini merangkumkan
sebuah cerita, yang kelak berkembang menjadi legenda Syahdan, berlayarlah Raden
Qasim dari Surabaya, dengan menumpang biduk nelayan. Di tengah perjalanan,
perahunya terseret badai, dan pecah dihantam ombak di daerah Lamongan, sebelah
barat Gresik. Raden Qasim selamat dengan berpegangan pada dayung perahu.
Kemudian, ia ditolong ikan cucut dan ikan talang –ada juga yang menyebut ikan
cakalang.
Dengan
menunggang kedua ikan itu, Raden Qasim berhasil mendarat di sebuah tempat yang
kemudian dikenal sebagai Kampung Jelak, Banjarwati. Menurut tarikh, persitiwa
ini terjadi pada sekitar 1485 Masehi. Di sana, Raden Qasim disambut baik oleh
tetua kampung bernama Mbah Mayang Madu dan Mbah Banjar.
Konon,
kedua tokoh itu sudah diislamkan oleh pendakwah asal Surabaya, yang juga terdampar
di sana beberapa tahun sebelumnya. Raden Qasim kemudian menetap di Jelak, dan
menikah dengan Kemuning, putri Mbah Mayang Madu. Di Jelak, Raden Qasim
mendirikan sebuah surau, dan akhirnya menjadi pesantren tempat mengaji ratusan
penduduk.
Jelak,
yang semula cuma dusun kecil dan terpencil, lambat laun berkembang menjadi
kampung besar yang ramai. Namanya berubah menjadi Banjaranyar. Selang tiga
tahun, Raden Qasim pindah ke selatan, sekitar satu kilometer dari Jelak, ke
tempat yang lebih tinggi dan terbebas dari banjir pada musim hujan. Tempat itu
dinamai Desa Drajat.
Namun,
Raden Qasim, yang mulai dipanggil Sunan Drajat oleh para pengikutnya, masih
menganggap tempat itu belum strategis sebagai pusat dakwah Islam. Sunan lantas
diberi izin oleh Sultan Demak, penguasa Lamongan kala itu, untuk membuka lahan
baru di daerah perbukitan di selatan. Lahan berupa hutan belantara itu dikenal
penduduk sebagai daerah angker.
Menurut
sahibul kisah, banyak makhluk halus yang marah akibat pembukaan lahan itu.
Mereka meneror penduduk pada malam hari, dan menyebarkan penyakit. Namun,
berkat kesaktiannya, Sunan Drajat mampu mengatasi. Setelah pembukaan lahan
rampung, Sunan Drajat bersama para pengikutnya membangun permukiman baru,
seluas sekitar sembilan hektare.
Atas
petunjuk Sunan Giri, lewat mimpi, Sunan Drajat menempati sisi perbukitan
selatan, yang kini menjadi kompleks pemakaman, dan dinamai Ndalem Duwur. Sunan
mendirikan masjid agak jauh di barat tempat tinggalnya. Masjid itulah yang
menjadi tempat berdakwah menyampaikan ajaran Islam kepada penduduk.
Sunan
menghabiskan sisa hidupnya di Ndalem Duwur, hingga wafat pada 1522. Di tempat
itu kini dibangun sebuah museum tempat menyimpan barang-barang peninggalan
Sunan Drajat –termasuk dayung perahu yang dulu pernah menyelamatkannya.
Sedangkan lahan bekas tempat tinggal Sunan kini dibiarkan kosong, dan
dikeramatkan.
Sunan
Drajat terkenal akan kearifan dan kedermawanannya. Ia menurunkan kepada para
pengikutnya kaidah tak saling menyakiti, baik melalui perkataan maupun
perbuatan. ”Bapang den simpangi, ana catur mungkur,” demikian petuahnya.
Maksudnya: jangan mendengarkan pembicaraan yang menjelek-jelekkan orang lain,
apalagi melakukan perbuatan itu.
Sunan
memperkenalkan Islam melalui konsep dakwah bil-hikmah, dengan cara-cara bijak,
tanpa memaksa. Dalam menyampaikan ajarannya, Sunan menempuh lima cara. Pertama,
lewat pengajian secara langsung di masjid atau langgar. Kedua, melalui
penyelenggaraan pendidikan di pesantren. Selanjutnya, memberi fatwa atau petuah
dalam menyelesaikan suatu masalah.
Cara
keempat, melalui kesenian tradisional. Sunan Drajat kerap berdakwah lewat
tembang pangkur dengan iringan gending. Terakhir, ia juga menyampaikan ajaran
agama melalui ritual adat tradisional, sepanjang tidak bertentangan dengan
ajaran Islam.
Empat
pokok ajaran Sunan Drajat adalah: Paring teken marang kang kalunyon lan wuta;
paring pangan marang kang kaliren; paring sandang marang kang kawudan; paring
payung kang kodanan. Artinya: berikan tongkat kepada orang buta; berikan makan
kepada yang kelaparan; berikan pakaian kepada yang telanjang; dan berikan
payung kepada yang kehujanan.
Sunan
Drajat sangat memperhatikan masyarakatnya. Ia kerap berjalan mengitari
perkampungan pada malam hari. Penduduk merasa aman dan terlindungi dari
gangguan makhluk halus yang, konon, merajalela selama dan setelah pembukaan
hutan. Usai salat asar, Sunan juga berkeliling kampung sambil berzikir,
mengingatkan penduduk untuk melaksanakan salat magrib.
”Berhentilah
bekerja, jangan lupa salat,” katanya dengan nada membujuk. Ia selalu menelateni
warga yang sakit, dengan mengobatinya menggunakan ramuan tradisional, dan doa.
Sebagaimana para wali yang lain, Sunan Drajat terkenal dengan kesaktiannya.
Sumur Lengsanga di kawasan Sumenggah, misalnya, diciptakan Sunan ketika ia merasa
kelelahan dalam suatu perjalanan.
Ketika
itu, Sunan meminta pengikutnya mencabut wilus, sejenis umbi hutan. Ketika Sunan
kehausan, ia berdoa. Maka, dari sembilan lubang bekas umbi itu memancar air
bening –yang kemudian menjadi sumur abadi. Dalam beberapa naskah, Sunan Drajat
disebut-sebut menikahi tiga perempuan. Setelah menikah dengan Kemuning, ketika
menetap di Desa Drajat, Sunan mengawini Retnayu Condrosekar, putri Adipati
Kediri, Raden Suryadilaga.
Peristiwa
itu diperkirakan terjadi pada 1465 Masehi. Menurut Babad Tjerbon, istri pertama
Sunan Drajat adalah Dewi Sufiyah, putri Sunan Gunung Jati. Alkisah, sebelum
sampai di Lamongan, Raden Qasim sempat dikirim ayahnya berguru mengaji kepada
Sunan Gunung Jati. Padahal, Syarif Hidayatullah itu bekas murid Sunan Ampel.
Di
kalangan ulama di Pulau Jawa, bahkan hingga kini, memang ada tradisi ‘’saling
memuridkan”. Dalam Babad Tjerbon diceritakan, setelah menikahi Dewi Sufiyah,
Raden Qasim tinggal di Kadrajat. Ia pun biasa dipanggil dengan sebutan Pangeran
Kadrajat, atau Pangeran Drajat. Ada juga yang menyebutnya Syekh Syarifuddin.
Bekas
padepokan Pangeran Drajat kini menjadi kompleks perkuburan, lengkap dengan
cungkup makam petilasan, terletak di Kelurahan Drajat, Kecamatan Kesambi. Di
sana dibangun sebuah masjid besar yang diberi nama Masjid Nur Drajat. Naskah
Badu Wanar dan Naskah Drajat mengisahkan bahwa dari pernikahannya dengan Dewi
Sufiyah, Sunan Drajat dikaruniai tiga putra.
Anak
tertua bernama Pangeran Rekyana, atau Pangeran Tranggana. Kedua Pangeran Sandi,
dan anak ketiga Dewi Wuryan. Ada pula kisah yang menyebutkan bahwa Sunan Drajat
pernah menikah dengan Nyai Manten di Cirebon, dan dikaruniai empat putra.
Namun, kisah ini agak kabur, tanpa meninggalkan jejak yang meyakinkan.
Tak
jelas, apakah Sunan Drajat datang di Jelak setelah berkeluarga atau belum.
Namun, kitab Wali Sanga babadipun Para Wali mencatat: ”Duk samana anglaksanani,
mangkat sakulawarga….” Sewaktu diperintah Sunan Ampel, Raden Qasim konon
berangkat ke Gresik sekeluarga. Jika benar, di mana keluarganya ketika perahu
nelayan itu pecah? Para ahli sejarah masih mengais-ngais naskah kuno untuk
menjawabnya.
Beliau
wafat dan dimakamkan di desa Drajad, kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa
Timur. Tak jauh dari makam beliau telah dibangun Museum yang menyimpan beberapa
peninggalan di jaman Wali Sanga. Khususnya peninggalan beliau di bidang
kesenian
2.5
Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad, merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan
Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa
dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salahsatu keturunannya
yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah
Lombok dan Bima.
2.6
Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Sunan Maulana Malik
Ibrahim adalah keturunan ke-22
dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes,
atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim
Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba'alawi
Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab
Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu
tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin
As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah
bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin
As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid
Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin
Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali
Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam
Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin
Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
Ia diperkirakan
lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang
Jawa terhadap As-Samarqandy.Dalam cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek
Bantal.
Isteri Maulana Malik Ibrahim
Maulana
Malik Ibrahim memiliki, 3 isteri bernama: 1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam
Maulana Israil (Raja Champa Dinasti Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama:
Maulana Moqfaroh dan Syarifah Sarah 2. Siti Maryam binti Syaikh Subakir,
memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad 3. Wan
Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak yaitu:
Abbas dan Yusuf. Selanjutnya Sharifah Sarah binti Maulana Malik Ibrahim
dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali Murtadha [Sunan Santri/ Raden Santri] dan
melahirkan dua putera yaitu Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman Haji (Sunan
Ngudung). Selanjutnya Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera Sayyid
Ja’far Shadiq [Sunan Kudus].
Maulana
Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di
Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat
kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan
Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda
krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama
di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di
desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2.7
Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden
Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat
ia adalah putra Ibrahim Zainuddin
Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti
Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim
Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin
bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil
Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid
Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad
Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin
Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin
Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah.
Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya.
Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan
salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi
Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya
Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan
Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo,
berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti
Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti
Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan
Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak),Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan
Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
2.8
Jembatan
Suramadu
Jembatan
Nasional Suramadu adalah jembatan yang melintasi Selat Madura, menghubungkan Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan, tepatnya timur Kamal), Indonesia. Dengan panjang 5.438 m, jembatan ini merupakan
jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Jembatan Suramadu terdiri dari tiga
bagian yaitu jalan layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge),
dan jembatan utama (main bridge). Jembatan ini diresmikan awal pembangunannya
oleh PresidenMegawati
Soekarnoputri pada 20 Agustus2003 dan diresmikan
pembukaannya oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada 10 Juni2009. Pembangunan jembatan ini
ditujukan untuk mempercepat pembangunan di Pulau Madura, meliputi bidang infrastruktur dan ekonomi di Madura, yang relatif tertinggal dibandingkan kawasan lain di Jawa Timur. Perkiraan biaya pembangunan jembatan ini adalah 4,5 triliunrupiah. Pembuatan
jembatan ini dilakukan dari tiga sisi, baik sisi Bangkalan maupun sisi
Surabaya. Sementara itu, secara bersamaan juga dilakukan pembangunan bentang
tengah yang terdiri dari main bridge dan approach bridge.
Jembatan
Suramadu pada dasarnya merupakan gabungan dari tiga jenis jembatan dengan
panjang keseluruhan sepanjang 5.438 meter dengan lebar kurang lebih 30 meter.
Jembatan ini menyediakan empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua
lajur darurat selebar 2,75 meter. Jembatan ini juga menyediakan lajur khusus
bagi pengendara sepeda motor disetiap sisi luar jembatan.
Jalan
layang atau Causeway dibangun untuk menghubungkan konstruksi jembatan dengan
jalan darat melalui perairan dangkal di kedua sisi. Jalan layang ini terdiri
dari 36 bentang sepanjang 1.458 meter pada sisi Surabaya dan 45 bentang
sepanjang 1.818 meter pada sisi Madura. Jalan layang ini menggunakan konstruksi
penyangga PCI dengan panjang 40 meter tiap bentang yang disangga pondasi pipa
baja berdiameter 60 cm
2.9
Syeikh Kholil
Bangkalan Madura
KH Kholil Bangkalan Madura lahir pada Hari Selasa tanggal 11
Jumadil Akhir 1235 H atau 27 Januari 1820 M, Abdul Lathif seorang Kyai di
Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan,
ujung Barat Pulau Madura, Jawa Timur, merasakan kegembiraan yang teramat
sangat. Karena hari itu, dari rahim istrinya lahir seorang anak laki-laki yang
sehat, yang diberinya nama Muhammad Kholil, yang kelak akan terkenal dengan
nama Mbah Kholil. KH. Abdul Lathif sangat berharap agar anaknya di kemudian
hari menjadi pemimpin umat, sebagaimana nenek moyangnya. Seusai mengadzani
telinga kanan dan mengiqamati telinga kiri sang bayi, KH. Abdul Lathif memohon
kepada Allah agar Dia mengabulkan permohonannya.
Mbah
Kholil kecil berasal dari keluarga ulama. Ayahnya, KH. Abdul Lathif, mempunyai
pertalian darah dengan Sunan Gunung Jati. Ayah Abdul Lathif adalah Kyai Hamim,
anak dari Kyai Abdul Karim. Yang disebut terakhir ini adalah anak dari Kyai
Muharram bin Kyai Asror Karomah bin Kyai Abdullah bin Sayyid Sulaiman. Sayyid
Sulaiman adalah cucu Sunan Gunung Jati. Maka tak salah kalau KH. Abdul Lathif
mendambakan anaknya kelak bisa mengikuti jejak Sunan Gunung Jati karena memang
dia masih terhitung keturunannya. Oleh ayahnya, ia dididik dengan sangat ketat.
Mbah Kholil kecil memang menunjukkan bakat yang istimewa, kehausannya akan
ilmu, terutama ilmu Fiqh dan nahwu, sangat luar biasa. Bahkan ia sudah hafal
dengan baik Nazham Alfiyah Ibnu Malik (seribu bait ilmu Nahwu) sejak usia muda.
Untuk memenuhi harapan dan juga kehausannya mengenai ilmu Fiqh dan ilmu yang
lainnya, maka orang tua Mbah Kholil kecil mengirimnya ke berbagai pesantren
untuk menimba ilmu. KH. Muhammad Kholil Bangkalan Madura, Wafat pada tanggal 29
Ramadhan 1341 H/ 14 Mei 1923 M.
2.10
K.H.Abdurrahman Wahid
Kyai Haji Abdurrahman Wahid, akrab
dipanggil Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 dari pasangan
Wahid Hasyim dan Solichah. Guru bangsa, reformis, cendekiawan, pemikir, dan
pemimpin politik ini menggantikan BJ Habibie sebagai Presiden RI setelah
dipilih MPR hasil Pemilu 1999. Dia menjabat Presiden RI dari 20 Oktober 1999 hingga
Sidang Istimewa MPR 2001. Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil atau
"Sang Penakluk", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur.
"Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada anak kiai.
Gus Dur adalah putra pertama dari
enam bersaudara, dari keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas muslim
Jawa Timur. Kakek dari ayahnya, KH. Hasyim Asyari, adalah pendiri Nahdlatul
Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, KH Bisri Syansuri, adalah pengajar
pesantren.
Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim,
terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama pada 1949. Ibunya,
Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.
Setelah deklarasi kemerdekaan
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap berada
di sana selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.
Akhir 1949, dia pindah ke Jakarta
setelah ayahnya ditunjuk sebagai Menteri Agama. Dia belajar di Jakarta, masuk
ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari.
Gus Dur juga diajarkan membaca buku
non Islam, majalah, dan koran oleh ayahnya untuk memperluas pengetahuannya.
Pada April 1953, ayahnya meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.
Pendidikannya berlanjut pada 1954 di
Sekolah Menengah Pertama dan tidak naik kelas, tetapi bukan karena persoalan
intelektual. Ibunya lalu mengirimnya ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikan.
Pada 1957, setelah lulus SMP, dia
pindah ke Magelang untuk belajar di Pesantren Tegalrejo. Ia mengembangkan
reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu
dua tahun (seharusnya empat tahun). Pada 1959, Gus Dur pindah ke Pesantren
Tambakberas di Jombang dan mendapatkan pekerjaan pertamanya sebagai guru dan
kepala madrasah. Gus Dur juga menjadi wartawan Horizon dan Majalah Budaya Jaya.
Pada 1963, Wahid menerima beasiswa
dari Departemen Agama untuk belajar di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir,
namun tidak menyelesaikannya karena
kekritisan pikirannya.
Gus Dur lalu belajar di Universitas
Baghdad. Meskipun awalnya lalai, Gus Dur bisa menyelesaikan pendidikannya di
Universitas Baghdad tahun 1970.
Dia pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya, guna
belajar di Universitas Leiden, tetapi kecewa karena pendidikannya di Baghdad
kurang diakui di sini. Gus Dur lalu pergi ke Jerman dan Prancis sebelum kembali
ke Indonesia pada 1971.
Gus Dur kembali ke Jakarta dan
bergabung dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan
Sosial (LP3ES), organisasi yg terdiri dari kaum intelektual muslim progresif
dan sosial demokrat.
LP3ES mendirikan majalah Prisma di mana Gus Dur menjadi salah satu kontributor utamanya dan sering berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa.
LP3ES mendirikan majalah Prisma di mana Gus Dur menjadi salah satu kontributor utamanya dan sering berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa.
Saat inilah dia memprihatinkan
kondisi pesantren karena nilai-nilai tradisional pesantren semakin luntur akibat
perubahan dan kemiskinan pesantren yang ia lihat. Dia kemudian batal belajar
luar negeri dan lebih memilih mengembangkan pesantren. Abdurrahman Wahid
meneruskan karirnya sebagai jurnalis, menulis untuk Tempo dan Kompas.
Artikelnya diterima baik dan mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator
sosial.
Dengan popularitas itu, ia mendapatkan banyak undangan untuk
memberikan kuliah dan seminar, sehingga dia harus pulang-pergi Jakarta dan
Jombang.
Pada 1974, Gus Dur mendapat
pekerjaan tambahan di Jombang sebagai guru di Pesantren Tambakberas. Satu tahun
kemudian, Gus Dur menambah pekerjaannya dengan menjadi Guru Kitab Al Hikam. Pada
1977, dia bergabung di Universitas Hasyim Asyari sebagai dekan Fakultas Praktik
dan Kepercayaan Islam, dengan mengajar subyek tambahan seperti pedagogi,
syariat Islam dan misiologi. Ia lalu diminta berperan aktif menjalankan NU dan
ditolaknya. Namun, Gus Dur akhirnya menerima setelah kakeknya, Bisri Syansuri,
membujuknya. Karena mengambil pekerjaan ini, Gus Dur juga memilih pindah dari
Jombang ke Jakarta. Abdurrahman Wahid mendapat pengalaman politik pertamanya
pada pemilihan umum legislatif 1982, saat berkampanye untuk Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), gabungan empat partai Islam termasuk NU.
Reformasi NU
NU membentuk Tim Tujuh (termasuk Gus
Dur) untuk mengerjakan isu reformasi dan membantu menghidupkan kembali NU. Pada
2 Mei 1982, para pejabat tinggi NU bertemu dengan Ketua NU Idham Chalid dan
memintanya mengundurkan diri. Namun, pada 6 Mei 1982, Gus Dur menyebut pilihan
Idham untuk mundur tidak konstitusionil. Gus Dur mengimbau Idham tidak mundur.
Pada 1983, Soeharto dipilih kembali
sebagai presiden untuk masa jabatan keempat oleh MPR dan mulai mengambil
langkah menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara. Dari Juni 1983 hingga
Oktober 1983, Gus Dur menjadi bagian dari kelompok yang ditugaskan untuk
menyiapkan respon NU terhadap isu ini.
Gus Dur lalu menyimpulkan NU harus menerima Pancasila sebagai Ideologi Negara. Untuk lebih menghidupkan kembali NU, dia mengundurkan diri dari PPP dan partai politik agar NU fokus pada masalah sosial.
Gus Dur lalu menyimpulkan NU harus menerima Pancasila sebagai Ideologi Negara. Untuk lebih menghidupkan kembali NU, dia mengundurkan diri dari PPP dan partai politik agar NU fokus pada masalah sosial.
Pada Musyawarah Nasional NU 1984,
Gus Dur dinominasikan sebagai ketua PBNU dan dia menerimanya dengan syarat
mendapat wewenang penuh untuk memilih pengurus yang akan bekerja di bawahnya.
Terpilihnya Gus Dur dilihat positif
oleh Suharto. Penerimaan Wahid terhadap Pancasila bersamaan dengan citra
moderatnya menjadikannya disukai pemerintah. Pada 1987, dia mempertahankan
dukungan kepada rezim tersebut dengan mengkritik PPP dalam pemilihan umum
legislatif 1987 dan memperkuat Partai Golkar. Ia menjadi anggota MPR dari
Golkar. Meskipun disukai rezim, Gus Dur acap mengkritik pemerintah, diantaranya
proyek Waduk Kedung Ombo yang didanai Bank Dunia. Ini merenggangkan hubungannya
dengan pemerintah dan Suharto. Selama masa jabatan pertamanya, Gus Dur fokus
mereformasi sistem pendidikan pesantren dan berhasil meningkatkan kualitas
sistem pendidikan pesantren sehingga menandingi sekolah sekular.
Gus Dur terpilih kembali untuk masa
jabatan kedua Ketua PBNU pada Musyawarah Nasional 1989. Saat itu, Soeharto,
yang terlibat dalam pertempuran politik dengan ABRI, berusaha menarik simpati
Muslim.
Pada Desember 1990, Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dibentuk untuk menarik hati intelektual
muslim di bawah dukungan Soeharto dan diketuai BJ Habibie. Pada 1991, beberapa
anggota ICMI meminta Gus Dur bergabung, tapi ditolaknya karena dianggap
sektarian dan hanya membuat Soeharto kian kuat. Bahkan pada 1991, Gus Dur
melawan ICMI dengan membentuk Forum Demokrasi, organisasi terdiri dari 45
intelektual dari berbagai komunitas religius dan sosial. Pada Maret 1992, Gus
Dur berencana mengadakan Musyawarah Besar untuk merayakan ulang tahun NU ke-66
dan merencanakan acara itu dihadiri paling sedikit satu juta anggota NU.
2.11
Tanah Lot
Salah
satu Pura yang paling penting Bali laut, Pura Tanah Lot ("Kuil Tanah di
Tengah Laut") adalah pemandangan yang spektakuler, terutama saat matahari
terbenam. Pulau kecil dibentuk oleh erosi bertahap dari gelombang laut selama
ribuan tahun. Candi Tanah Lot dikatakan telah didirikan oleh abad ke-16 Begawan
Nirartha, salah satu Pendeta terakhir yang datang ke Bali dari Jawa. Candi
Tanah Lot berdiri di sebuah pulau berbatu lepas pantai barat daya Bali. Salah
satu kuil yang paling suci di Bali laut, Tanah Lot didedikasikan untuk roh
penjaga laut. Kuil itu sendiri dikatakan dijaga dari kejahatan oleh ular laut
yang menghuni gua-gua bawah.
Kuil itu
sendiri tidak dapat diakses pengunjung, namun pemandangan dapat memiliki dari
berbagai titik di dekatnya. Massa terutama berkumpul di teras terdekat untuk
menonton cahaya matahari terbenam di belakang kuil. Tentu, ada banyak toko-toko
suvenir dan kafe seputaran daerah tersebut.
2.12
Pantai Kuta
Pantai Kuta adalah sebuah tempat pariwisata yang
terletak di sebelah selatan Denpasar, ibu kotaBali, Indonesia. Kuta terletak di Kabupaten Badung. Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisata turis mancanegara, dan telah
menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal 70-an. Pantai Kuta sering
pula disebut sebagai pantai matahari terbenam (sunset beach) sebagai lawan dari pantai Sanur.
Hugh
Mahbett juga telah menerbitkan sebuah buku berjudul “Praise to Kuta” yang
berisi ajakan kepada masyarakat setempat untuk menyiapkan fasilitas akomodasi
wisata. Tujuannya untuk mengantisipasi ledakan wisatawan yang berkunjung ke
Bali. Buku itu kemudian menginspirasi banyak orang untuk membangun fasilitas
wisata seperti penginapan, restoran dan tempat hiburan.
Di Kuta
terdapat banyak pertokoan, restoran dan tempat permandian serta menjemur diri.
Selain keindahan pantainya, pantai Kuta juga menawarkan berbagai macam jenis
hiburan lain misalnya bar dan restoran di sepanjang pantai menuju pantai
Legian. Rosovivo, Ocean Beach Club,
Kamasutra, adalah beberapa club paling ramai di sepanjang pantai Kuta. Pantai
ini juga memiliki ombak yang cukup bagus untuk olahraga selancar (surfing),
terutama bagi peselancar pemula. Lapangan Udara I Gusti Ngurah Rai terletak tidak jauh dari Kuta.
2.13
Pusat Oleh-oleh
Krisna
Toko oleh-oleh khas Bali KRISNA , memang selau bikin
kejutan , setelah berhasil dengan toko pusat oleh oleh yang sebelumnya
kini toko KRISNA yang terbaru buka di jalan Raya Tuban, dekat dengan bandara
udara Ngurah Rai. Seperti toko toko KRISNA yang lainnya sama sama
memiliki gedung yang luas , parkiran yang sangat besar, dan jumlah barang
dagangan KRISNA yang di jajakibanyak dan juga tak jauh berbeda dengan
toko toko KRISNA yang lainnya , tetapi toko pusat oleh-oleh KRISNA yang terbaru
ini memiliki nilai spesial yaitu buka 24 jam dan untuk hargan jualnya
masih sama dengan toko KRISNA yang lainnya yaitu MURAH HABIS. Jadi anda yang
berlibur ke Bali tidak sempat menbeli oleh oleh karena sibuknya jadwal anda
selama di Bali atau perjalana tour anda mengabiskan waktu anda sehingga
tidak memiliki waktu untuk berbelanja di siang hari padahal banyak toko suvenir
sudah tutup, Tapi kini solusi baru sudah ada anda bisa datang ke toko
pusat oleh-oleh KRISNA yang berada di Jl. Raya Tuban. Dan apabila anda membutuhkan
layanan Transport di Bali jangan ragu hubungi kami Ayo Bali Transport kami siap
menemani perjalanan anda.
Alamat toko KRISNA di Bali :
- Jalan Nusa Kambangan Denpasar ( dekat simpang enam Jalan utama Tengku Umar )
- Jalan Sunset Roud Kuta
- Jalan Raya Tuban ( dekat Airport Ngurah Rai ) , 24 Jam open
Barang yang di
jual di toko KRISNA ini lebih banyak ke jenis :
- Pakean motif Bali 40%
- Makanan khas Bali 10%
- Lukisan 10%
- dan masih banyak sovenir Bali lainnya 40%
2.14
Pusat
Oleh-oleh Karang Kurnia
KARANG KURNIA adalah pusat
oleh-oleh di pulau bali yang didirikan oleh I Gede Wireyasa. berawal dari studi
bandingnya di toko oleh-oleh Ia mencoba berbisnis sendiri. karang kurnia
memiliki beberapa cabang, yaitu:
1.
Jalan Cargo 99X Denpasar Bali
2.
Jalan Gatot Subroto XX Denpasar Bali
Di sini bisa ditemukan
berbagai macam kerajinan dan oleh-oleh lainnya,seperti : lukisan, patung, pakaian
anak dan dewasa, bed cover, pernak-pernik, batik, dll. Barang-barang tersebut
tidak semuanya buatan bali melainkan banyak yang diambil dari pulau jawa
seperti batik. Pasar Karang Kurnia lebih murah dibanding pasar lain di bali.
dengan lahan parkir yang cukup luas dan suasana yang lumayan segar membuat
pengunjung merasa nyaman
2.15
Pusat
Oleh-oleh Cening Bagus
Cening
Bagus berdiri pada tanggal 27 April 2009, berdiri di tanah milik desa yang
berada di Jln. Raya Batu bulan 100X, Sukowati, Gianyar, Bali. Cening Bagus
berdiri atas gagasan untuk mambantu pengrajin kecil di Gianyar bali. Perusahaan
ini berdiri dari nol/usaha kecil, setiap dua bulan sekali Cening Bagus
melakukan evaluasi untuk pengembangan selanjutnya. Dalam pendirian Cening Bagus
terdapat visi dan misi cening bagus, visi dari Cening Bagus adalah “Membantu
pengrajin kecil (home industri) menuju kesejahteraan”, sedangkan misi dari
cening bagus adalah “Pariwisata Bali makin lama makin berkembang seiring dengan
himbauan pemerintah Bali khususnya bidang pariwisata untuk ikutan dildalam
memajukan pariwisata di Bali”, yang membuat Cening Bagus dapat dikembangkan
seperti saat ini.
Cening
Bagus sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa dan penjualan
produk oleh-oleh khas Bali. Cening Bagus juga mempunyai peranan penting dalam
kebangkitan perkembangan wisata di Bali, khususnya paska ledakan bom (dikenal
dengan Bom Bali I dan II) dimana Cening Bagus menjual pelayanan jasa/memandu
kepada wisatawan dalam menjalajahi pariwisata di Bali. Selain itu Cening Bagus
juga berperan penting dalam pengembangan industri, khususnya industri-industri
kerajinan perumahan, dimana Cening Bagus merekomendasikan para wisatawan yang
menggunakan jasanya untuk berkunjung kegalerinya yang berisi berbagai produk
khas Bali dan luar Bali. Cening Bagus juga bekerja sama dengan pemerintah dalam
upaya memajukan pariwisata di bali.
2.16
Pasar
Sukawati
Pasar
Sukawati adalah pasar Seni
yang sangat terkenal sampai ke penjuru dunia. Pasar seni Sukawati terdapat di
Desa Sukawati Kabupaten Gianyar. Jarak dari airport Denpasar sekitar tiga puluh
kilometer, yang dapat kita tempuh dengan mobil selama 45 menit.
Pasar
Seni Sukawati sangat terkenal karena menjual pakaian dan kerajinan traditional
khas Bali dengan harga yang sangat murah. Pakaian seperti Batik yang berciri
khas Batik ornamen Bali. Selain itu juga banyak dijual pakaian baik celanan
maupun baju, yang dapat anda gunakan di pantai dan harganya pun sangat murah
dibandingkan dengan tempat lain. Jadi anda dapat membeli oleh-oleh khas
Bali, yang dapat kita berikan kepada teman dan keluarga
kita, tanpa banyak menghabiskan biaya liburan.
Semua
harga yang ditawarkan disini, dapat kita tawar. Jadi pintar-pintarlah untuk
menawar. Sebagai bayangan untuk kita, harga pas di pasar ini adalah sepertiga
dari harga yang ditawarkan oleh penjual. Jika anda ingin sukses menawar harga,
maka sebaiknya kita datang di pagi hari pada saat baru buka. Karena kepercayaan
orang Bali jika pada saat baru buka dagangan langsung dapat jualan, maka akan
memperlaris barang dagangan mereka. Jadi jika kita mampu datang ke pasar
seni Sukawati pada pukul 10:00 wita (waktu lokal), alangkah baiknya
kita mencoba menawar lebih murah.
2.17
Danau Bedugul
Bedugul
adalah sebuah obyek wisata di Bali yang terletak di daerah pegunungan yang
memiliki suasana sejuk dan nyaman, nah di Bedugul kita juga bisa menyaksikan
keindahan danau Buyan, danau Beratan dan Pura Ulun Danu.Bedugul terletak di
Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Jaraknya kurang lebih 70 km
dari wilayah wisata Kuta/ Bandara Ngurah Rai. Bangunan yang terdapat di areal
wisata Bedugul ini merupakan bangunan tempo dulu dan terbilang kuno, tapi semua
keadan fisiknya masih bersih dan tertata dengan rapi. Terletak di dataran
tinggi, menyebabkan tempat ini sangat sejuk dan kadang-kadang di selimuti
kabut, keindahan alam pegunungan dan Danau Beratan yang bersih, di tengahnya
ada sebuah pura Ulun Danu yang merupakan tempat pemujaan kepada Sang Hyang Dewi
Danu sebagai pemberikesuburan, akan sangat sayang sekali kalau di lewatkan.
Kabupaten Tabanan memiliki wilayah geografis yang sempurna, yaitu memiliki
pegunungan dan pantai. Tanahnya pun rata-rata subur sehingga semua wilayahnya
bisa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Tak heran jika kabupaten ini disebut
sebagai lumbung pangan. Hal itu diperoleh tidak hanya karena memiliki areal
sawah terluas di seluruh Bali, tetapi juga berkat adanya komoditas sayuran dan
buah untuk memenuhi kebutuhan hotel, restoran, dan supermarket di Bali.
Primadona wisata wilayah ini bagai mangkok raksasa yang dilatari Gunung Catur
disebelah utara, sementara di tengahnya terdapat Danau Bratan yang menjadi
primadona kawasan wisata ini. Selain indah, ada keunikan dari danau ini. Di
tepinya terdapat Masjid Al Hidayah, sementara di sisi lainya terdapat Pura Ulun
Danu. Pura ini merupakan persembahan kepada Dewi Danu, lambang sumber kesuburan
tanah di sekitarnya. Menurut babad Bali, pura yang terdiri dari empat meru
(bangunan utama) ini dibangun oleh Raja Mengwi pada 1633. Bangunannya menjorok
ke danau sehingga terlihat seperti menyembul dari dalam air. Sementara itu di
seberang danau terdapat tiga buah gua Jepang. Masing-masing memiliki kedalaman
25 meter yang digali oleh tenaga romusha dari warga sekitar semasa pendudukan
Jepang. Jika sudah sampai di tempat ini rasanya Kebun Raya Eka Karya yang memiliki
luas 129,2 hektare tak boleh dilewatkan. Kebun raya ini terletak di antara
Danau Beratan, Danau Tamblingan, Danau Buyan dan kawasan hutan lindung di
sebelah baratnya. Kebun Raya Bedugul terletak di sebelah Barat 0byek Wisata
Danau Bratan Kabupaten Tabanan, merupakan sebuah komplek hutan suaka alam.
Hutan tersebut ditata sedemikian rupa sehingga terwujud suatu pemandangan
indah, sejuk dan nyaman. Di sela-sela pepohonan yang rindang terhampar
rerumputan yang menghijau dan ditanami bunga-bungaan yang beraneka ragam di
sepanjang jalan setapak di sekeliling hutan yang menambah kesejukan udara dan
keheningan suasana. Disamping pemandangan yang indah dan menghijau terdapat
pula suatu bangunan rumah kaca yang dipergunakan untuk percobaan dan
pengembangan tumbuh-tumbuhan terutama anggrek. Juga terdapat ribuan jenis
tanaman yang dipelihara dengan baik secara profesional.
BAB V
PENUTUP
5.1
Simpulan
Kegiatan ziarah wisata ke daerah Jawa, Madura, Bali merupakan
kegiatan tahunan di MA AL BIDAYAH Candi yang selalu dilaksanakan bagi kelas XI.
Kegiatan ziarah wisata ke daerah Jawa, Madura, Bali merupakan kegiatan yang
memiliki manfaat, yaitu dapat melakukan ziarah ke makam – makam Wali Songo atau
tokoh penting dan juga dapat digunakan
sebagai sarana untuk menambah pengetahuan, serta mendapat hiburan.
5.2
Saran
1. Jangan mengotori tempat ziarah dan tempat wisata.
2. Jangan melanggar peraturan tempat - tempat ziarah
wisata.
3. Kegiatan ziarah wisata sebaiknya direncanakan secara
matang agar kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik.
4. Kegiatan ziarah wisata dapat dijadikan alternatif
pemilihan study tour.
DAFTAR PUSTAKA
www. Sarjanaku.com>Home>skripsi
www. wikipedia.org/wiki/Pantai_Pandawa
Pusat Pembimbing dan Pembangunan Bahasa.2005.
MB. Rhimsyah. Tanpa tahun. Kisah
Wali Songo Penyebar Agama Islam Di Pulau Jawa. Surabaya Penerbit: Karya Gemilang Utama.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN FOTO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar