Senin, 15 Agustus 2016

KLIPING PENJOK PENGOBATAN TRADISIONAL



BAB I
PENDAHULUAN

Tujuan pembangunan kesehatan yang tertera dalam GBHN adalah meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat dan mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana terutama melalui upaya pencegahan dan peningkatan upaya pemerataan pelayanan kesehatan agar terjankau oleh masyarakat sampai kepelosok pedesaan, maka upaya pengobatan tradisional merupakan suatu alternatif yang tepat sebagai pendamping pengobatan modren.
Undang-undang No. 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan pasal 2 ayat 4 yang berbunyi: Usaha-usaha pengobatan tradisional berdasarkan ilmu atau cara lain daripada ilmu kedokteran diawasi oleh pemerintah arag tidak membahayakan masyarakat.
SKN menyatakan bahwa pengobatan tradisional yang terbukti berhasil guna dan berdayaguna terus dilakukan pembinaan dan bimbingan serta dimanfaatkan untuk  pelayanan kesehatan masyarakat.
UU kesehatan No. 23 Tahun 1992 pasal 47 menyatakan pengobatan tradisional yang mencakup cara, obat dan pengobatan atau perawatan cara lainnya dapat dipertanggung jawabkan maknanya.
Pengobatan tradisional dan obat tradisional telah menyatu dengan masyarakat, digunakan dalam mengatasi berbagai masalahkesehatn baik di desa maupun di kota-kota besar. Kemampuan masyarakat untuk mengobati sendiri, mengenai gejala penyakit dan memelihara kesehatan. Untuk ini pelayanan kesehatan tradisional merupakan potensi besar karena dekat dengan masyarakat, mudah diperoleh dan relatif lebih murah daripada obat modern.
Pada tingkat rumah tangga pelayanan kesehatan oleh individu dan keluarga memegang peranan utama. Pengetahuan tentang obat tradisional dan pemanfaatan tanaman obat merupakan unsur penting dalam meningkatkan kemampuan individu atau keluarga untuk memperoleh hidup sehat.

I.    KONSEP SEHAT SAKIT MASYARAKAT

Gangguan kesehatan merupakan konsekuensi perilaku yang berwujud tindakan yang disadari (diketahui) atau tidak disadari (tidak diketahui) merugikan kesehatan atau menurunkan derajat kesehatan si pelaku sendiri, atau orang-orang lain, atau suatu kelompok. Gangguan kesehatan yang dimaksudkan disini tidak hanya terbatas pada kategori penyakit fisik dan mental secara individu dan kelompok tatapi juga kategori kesejahteraan sosial.
WHO (1974), mengatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan yang  sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hannya bebas dari penyakit atau kelemahan. White (1977), sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan. Sedangkan sehat menurut masyarakat adalah sebagai suatu kemampuan fungsional dalam menjalankan peran-peran sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Jenis Ramuan Obat Tradisional di Indonesia

Pengobatan tradisional di Indonesia banyak ragamnya. Cara pengobatan tersebut telah lama dilakukan. Ada yang asli dari warisan nenek moyang yang pada umumnya mendayagunakan kekuatan alam, daya manusia, ada pula yang berasal dari masa Hindu atau pengaruh India dan Cina.
Secara garis besar Agoes A (1992), dalam seminar telah menetapkan jenis bahwa pengobatan tradisional dengan ramuan obat terdiri dari :
-         Pengobatan tradisional dengan ramuan asli Indonesia
-         Pengobatan tradisional dengan ramuan Cina
-         Pengobatan tradisional dengan ramuan obat India

Pengobatan Tradisional

Pengertian
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat, dan pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.  Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (gelenik) atau campuran dari bahan tersebut secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Pengobatan tradisional (batra) adalah seseorang yang diakui dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai orang yang mampu melakukan pengobatan secara tradisional.
Jamu/obat tradisional adalah ramuan tradisional yang berasal dari tumbuh- tumbuhan dan hasil-hasilnya atau hewan dari hasil-hasilnya, akar-akaran yang secara tradisional dapat dianggap berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit atau untuk memelihara kesehatan. Bentuknya dapat berupa cairan, rajangan, bubuk, tablet, kapsul, parem dan sebagainya.

Tujuan Pengobatan Tradisional

A.    Tujuan Umum
Meningkatnya pendayagunaan pengobatan tradisional baik secara tersendiri atau terpadu pada sistem pelayanan kesehatan peripurna, dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Dengan demikian pengobatan tradisional adalah merupakan salah satu alternatif yang relatif lebih disenangi masyarakat. Oleh karenanya kalangan kesehatan berupaya mengenal dan jika dapat mengikut sertakan pengobatan tradisional tersebut.

B.    Tujuan Khusus
1.    Meningkatnya mutu pelayanan pengobatan tradisional, sehingga masyarakat terhindar dari dampak negatif karena pengobatan tradisional.
2.    Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan dengan upaya pengobatan tradisional.
3.    Terbinanya berbagai tenaga pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan.
4.    Terintegrasinya upaya pengobatan tradisional dalam program pelayanan kesehatan paripurna, mulai dari tingkat rumah tangga, puskesmas sampai pada tingkat rujukannya.

Peran Pengobatan Tradisional

Pengobatan secara tradisional di Indonesai telah berkembang selama berabad-abad   sehingga   merupakan   kebutuhan   sebagian   besar     masyarakat Indonesia. Melihat kenyataan disekitar kita oleh adanya tenaga dokter sebagai pelaksana pengobatan dan pengobatan dari barat atau pengobatan tradisional pasti mendapat termpat di hati masyarakat Indonesia pada umumnya dan pada bangsa jawa pada khususnya.
Tenaga pelayanan pengobatan tradisional tersebut mempunyai pasien dan langganan masing-masing. Ada masyarakat pendukung tersendiri, ada juga kaidah patokan serta syarat-syarat tersendiri, juga ada kaidah patokan serta syarat-syarat tersendiri yang mereka patuhi bersama. Mereka puas ( ada juga yang tidak puas ) dengan adanya hubungan timbal balik pelayanan kesehatan tradisional pendukungnya. Hal ini merupakan unsur budaya dan unsur-unsur kemanusiaan  yang juga terdapat pada bangsa-bangsa di dunia betapapun modernnya.
Sebagian besar obat tradisional berasal dari bahan-bahan nabati dan hanya sebahagian kecil saja yang berasal dari bahan-bahan dasar hewan atau mineral. Bahan-bahan nabati yang digunakan itu dapat berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan ataupun eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhanadalah isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, demikian pula zat-zat nabati lainnya yang dipisahkan dari tumbuhannya.
Jelaslah disini bahwa tumbuhan obat merupakan sumber bahan yang sangat penting artinya bagi pembuatan obat tradisional di Dunia. Tumbuhan obat lebih mudah di jumpai dan di dapatkan oleh yang memerlukan disekitar tempat tinggalnya. Perlu dikahui bahwa sekurang-kurangnya di Indonesia dijumpai 940  jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat.
Pengolahan obat tradisional yang bervariasi, mulai yang masih dilakukan dengan cara sederhana sampai dengan penggunaan teknologi maju. Dala cara sederhana bahan yang berasal dari tumbuhan segar di celah-celah, direbus dengan air dalam kuali sampai menghasilkan cairan hasil rebusan tersebut disamping dimanfaatkan sebagai obat dalam (minim), digunakan untuk  kompres  atau lainnya.
Teknologi maju digunakan pengusaha obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang meningkat. Produksi memakai perajang simplisia, mesin penggiling simplisia, mesin pil, mesin tablet, mesin pengisi kapsul, mesin pengisi kantung serbuk dan lat ekstraksi. Bahkan ada pengusaha pengahasil produk- produk cairan obat dalam yang telah menggunakan proses ultra hight treatment ( UHT ) untuk mrngusahakan agar produk yang disilkan memiliki sterilisitas perdagangan yang diperlukan.

Standarisasi Pengobatan Tradisional

Untuk dapat dimanfaatkannya pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan, banyak yang harus diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dinilai mempunyai peranan yang sangat penting adalah upaya standarisasi. Diharapkan, dengan adanya standarisasi ini bukan saja mutu pengobatan tradisional akan dapat ditingkatkan, tapi yang penting lagi munculnya berbagai efek samping yang secara medis tidak dapat dipertanggung jawabkan, akan dapat fihindari.
Pengertian standarisasi adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna, yang dipakai sebagai batas penerimaan minimal ( Clinical Practice Guideline, 1990 ). Standart menunjukkan pada tingkat ideal tercapai tersebut tidaklah disusun terlalu kaku, tetapi masih dala batas-batas yang dibenarkan disebut dengan nama toleransi.
Syarat suatu standar yang baik dipandang cukup penting adalah :
1.    Bersifat jelas
Artinya dapat diukur dengan baik, termasuk ukuran terhadap penyimpangan- penyimpangan yang mungkin terjadi.
2.    Masuk akal Suatu standart yang tidak masuk akal, bukan saja akan sulit dimanfaatkan tetapi juga akan menimbulkan frustasi para profesional.
3.    Mudah dimengerti
Suatu standart yang tidak mudah dimengerti juga akan menyulitkan tenaga pelaksana sehingga sulit terpenuhi.
4.    Dapat dipercaya
Tidak ada gunanya menentukan standart yang sulit karena tidak akan mampu tercapai. Karena itu sering disebutkan, dalam menentukan standart, salah satu syarat yang harus dipenuhi ialah harus sesuai dengan kondisi organisasi yang dimiliki.
5.    Absah
Artinya ada hubungan yang kuat dan dapat didemintrasikan antara standart dengan sesuatu ( misalnya mutu pelayanan ) yang diwakilinya.
6.    Meyakinkan
Artinya mewakili persyaratan yang ditetapkan. Apabila terlalu rendah akan menyebabkan persyaratan menjadi tidak berarti.
7.    Mantap, Spesifik dan Eksplisit
Artinya tidak terpengaruh oleh perubahan oleh waktu, bersifat khas dan gamblang.
Dari ukuran tentang standart dan pengobatan tradisional sebagaimana dekemukakan diatas, mudah dipahami bahwa upaya standarisasi pengobatan tradisional di Indonesia, tidaklah semudah yang diperkirakan. Sebagai akibat ditemukannya konsep pengobatan tradisional yang sangat supranatural yang satu sama lain tampak sangat berbeda, menyebabkan dtandarisasi akan sulit dilakukan.
Untuk ini menyadari bahwa menerapkan pendekatan kesembuhan penyakit masih sulit dilakukan, maka untuk sementara cukup diterapkan pendekatan tidak sampai menimbulkan efek samping, komplikasi atau kematian.

II.    KONSEP PENGOBATAN TRADISIONAL

Memahami tentang konsep yang dimiliki oleh pengobatan tradisional dalam praktek pengobatan tradisional amatlah diperlukan dengan diketahuinya konsep tersebut diharapkan dapat diikuti jalanpikiran serta alasan dilakukannya suatu tindakan yang dilakukan oleh pengobatan tradisional ketika mengahadapi penderita yang datang meminta pertolongan. Konsep yang dimaksud disini tentu meliputi konsep yang ada hubungannya dengan kesehatan, yang dicoba sederhana setidak- tidaknya meliputi konsep kehidupan, kematian, penyebab penyakit serta kepercayaan tjatuh sakit.

Peranan Obat Tradisional Dalam Pelayanan Kesehatan

Pada tingkat rumah tangga pelayanan kesehatan oleh individu dan keluarga memegang peranan uatama. Pengetahuan tentang obat tradisional dan  pemanfaatan tanaman obat merupakan unsur memperoleh hidup sehat.
Ditingkat masyarakat peranan pengobatan tradisional termasuk peracik obat tradisional / jamu mempunyai peranan yang cukup penting dalam pemerataan pelayanan kesehatan untuk mewujudkan derajad kesehatan masyarakat yang oprtimal.

Peminatan Pengobatan Tradisional

Peminatan pengobatan tradisional sendiri sangat dipengaruhi oleh faktof :
1.    Faktor Sosial
Alasan masyarakat memilih pengobatan tradisional adalah selama  mengalami pengobatan tradisional keluarganya dapat menjenguk dan  menunggui  setiap  saat.  Hal  tersebut  sesuai  dengan  kodrat  manusia sebagai
 mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi langsung dengan keluarganya atau kerabatnya dalam keadaan sakit. Selama perawatan yang dialaminya meraka dapat berkomunikasi dengan akrab dengan keluarganya.
Namun ada juga informasi yang mengemukakan bahwa mereka berpendapat lebih senang dirawat atau diobati di rumah sakit daripada dirawat atau diobati di tempat-tempat pengobatan tradisional. Mereka dibawa kepengobatan tradisional bukan atas kemauan mereka sendiri tetapi atas desakan biaya pengobatan. Biasanya mereka belum pernah ke rumah sakit sehingga tidak bisa dibandingkan pengobatan tradisional dengan pengobatan di rumah sakit. Disini nampak  adanya faktor pasrah akibat dari keterbatasan pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial.
2.    Faktor Ekonomi
Mereka menyatakan biayanya lebih murah daripada rumah sakit, menurut mereka cara pembayarannya juga tidak memberatkan karena pasien tidak tertarik uang muka. Selain itu bagi yang tidak mampu mambayar sekaligus  dapat dicicil setelah mereka pulang.
Jika ditinjau dari klasifikasi pasien yang datang ketempat pengobatan tradisional ini sebagian besar pekerjaannya adalah buruh kasar, sopir, tukang parkir, sehingga wajar faktor ekonomi menentukan dalam memilih tempat pengobatan.
3.    Faktor Budaya
Salah satu alasan mengapa para penderita memilih tempat pengobatan tradisional karena pengobatan di tempat ini memiliki seorang ahli yang mempunyai kekuatan supranatural yang mampu mempercepat kesembuhan penyakit. Disamping itu hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh foster dan  Anderson bahwa sistem medis adalah bagian integral dari kebudayaan.
Salah satu faktor lain yang menyebabkan pengobatan tradisional ini masih diminati masyarakat adalah kategori penyembuhan yaitu siapa yang berhak atau yang tepat dalam menyembuhkan, misalnya untuk penyakit C hanya D yang berhak, penyakit A hanya B yang tepat menyembuhkan. Dalam persepsi masyarakat juga menganggap penyakit yang tidak parah tidak perlu dibawa ke rumah sakit, karena penyakit yang diderita dianggap tidak mengancam jiwanya, tidak menggangua nafsu makan serta masih mampu melakukan kegiatan sehari- hari walaupun agak tergaggu. Hal tersebut nampak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Spreadly, bahwa kebudayaan sebagai pengetahuan, nilai- nilai yang digunakn untuk menginterpretasikan pengalaman serta membangkitkan perilaku sosial.
4.    Faktor Sosial
Kenyamanan yang diperoleh pada saata pengobatan karena tidak menggunakan peralatan-peralatan yang bisa menakutkan mereka, terutama patah tulang tidak perlu diamputasi atau digips.
5.    Faktor Kemudahan
Pasien dapat segera ditangani tanpa harus menunggu hasil rontgen dan hasil laboratorium lainnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB II
PENDAHULUAN

2.1.  Pengobatan Tradisional
A.          Definisi
Menurut WHO (2000), pengobatan tradisional adalah jumlah total pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan pada teori-teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental.
Selain itu, pengobatan tradisional juga salah satu cabang pengobatan alternatif yang bisa didefinisikan sebagai cara pengobatan yang dipilih oleh seseorang bila cara pengobatan konvensional tidak memberikan hasil yang memuaskan (Asmino, 1995).

B.             Jenis Pengobatan Tradisional
Menurut Asmino (1995), pengobatan tradisional ini terbagi menjadi dua yaitu cara penyembuhan tradisional atau traditional healing yang terdiri daripada pijatan, kompres, akupuntur dan sebagainya serta obat tradisional atau traditional drugs yaitu menggunakan bahan-bahan yang telah tersedia dari alam sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit. Obat tradisional ini terdiri dari tiga jenis yaitu pertama dari sumber nabati yang diambil dari bagian-bagian tumbuhan seperti buah, daun, kulit batang dan sebagainya. Kedua, obat yang diambil dari sumber hewani seperti bagian kelenjar-kelenjar, tulang-tulang maupun dagingnya dan yang ketiga adalah dari sumber mineral atau garam-garam yang bisa didapatkan dari mata air yang keluar  dari tanah contohnya, air mata air zam-zam yang terletak di Mekah Mukarramah.

                         

                        Obat Herbal

A.            Definisi
Obat herbal didefinisikan sebagai obat-obat yang dibuat dari bahan alami seperti tumbuhan yang sudah dibudidayakan maupun tumbuhan liar. Selain itu, obat herbal juga bisa terdiri dari obat yang berasal dari sumber hewani, mineral atau gabungan antara ketiganya (Mangan, 2003). Sebanyak 150,000 daripada 250,000 spesis tumbuhan yang diketahui di dunia adalah berasal dari kawasan tropika. Di Malaysia sahaja, kira-kira 1,230 jenis spesies tumbuhan telah lama digunakan di dalam rawatan tradisional (Dharmaraj, 1998). Kaum Melayu misalnya sering menggunakan akar susun kelapa (Tabernaemontana divaricata), akar melur (Jasminum sambac), bunga raya (hibisus rosa sinensis) dan ubi memban (marantha arundinacea) untuk rawatan kanser (Dharmaraj, 1998).
Dalam pengobatan tradisional ini, memang masih kurang data-data laboratorium tentang khasiat serta manfaat tanaman-tanaman tersebut.  Oleh sebab  itu, di kalangan ahli dokter moderan menganggap pengobatan alternatif ini kurang ilmiah karena tidak didukung dengan data klinis yang valid. Para ahli pengobatan tradisional ini pada dasarnya melihat kesehatan sebagai satu pendekatan holistik di mana jika adanya berlaku gangguan pada salah satu organ tubuh maka ini akan menyebabkan ketidakseimbangan pada organ tubuh yang lainnya. Tujuan utama pengobatan ini dilakukan lebih kepada penyembuhan dengan menyeimbangkan kondisi organ-organ ini dan bukan hanya untuk menghilangkan gejala sahaja (Mursito, 2002)

B.            Keuntungan Penggunaan Obatan Herbal
Keuntungan utama dalam menggunakan obatan herbal ini adalah biayanya yang murah (Moh, 1998). Ini karena mudahnya dapat bahan baku  ini termasuklah bisa ditanam sendiri di halaman rumah sebagai bekalan. Kebanyakan tumbuhan ini mudah membesar dan tidak memerlukan kos penjagaan yang tinggi jika ditanam sendiri.   Selain  itu,  efek  samping  yang  ditimbulkannya relatif kecil sehingga lebih
aman digunakan daripada obat-obatan modern yang banyak efek sampingnya. Malah di kalangan masyarakat, obat herbal ini dianggap tidak memiliki efek samping walaupun sebenarnya dalam setiap tumbuhan ini memiliki bahan kimia cuma dalam dosis yang relatif kecil sehingga tidak memberikan efek yang besar pada  penggunanya (Mangan, 2003).

C.            Simplisia
Obat herbal ini biasanya disediakan dalam bentuk ekstrak bahan baku dari tanaman herbal yang ada atau nama lainnya adalah simplisia. Bahan bakunya bisa terdiri dari sebagian dari tumbuhan tersebut seperti bagian batang, daun, akar, kulit, serta buah, maupun seluruh bagian tumbuhan tersebut. Simplisia ini juga bisa diolah dalam bentuk segar ataupun kering. Untuk simplisia bentuk segar, ini harus segera digunakan selagi dalam keadaan baik dan juga dikhawatirkan  akan  tumbuh  jamur atau mikroba lainnya. Jika untuk penggunaan yang lama, biasanya akan digunakan simplisia bentuk kering supaya dapat mempertahankan kandungan metabolit- metabolit yang penting dalam mengobati pasien. Kandungan metabolit ini terbagi  dua yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit sekunder inilah yang memainkan peranan dalam bidang pengobatan. Beberapa contoh senyawa metabolit yang ada dalam obat herbal ini adalah senyawa golongan alkaloida, glukosida, politenol, flavonoida, antosian, seskuiterpen dan saponin. Jumlah metabolit sekunder dalam satu simplisia amat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan, umur tanaman sewaktu dipanen, waktu panen serta kegiatan pasca panen. Waktu panen sangat berhubungan dengan pembentukan metabolit sekunder, di mana yang terbaik adalah pada saat penghasilan metabolit sekunder pada kadar maksimum. Sebagai contoh, tanaman poko (mentha piperita) akan menghasilkan mentol tertinggi dalam daun mudanya saat tanaman itu berbunga.

                        Pijat Tradisional

A.            Definisi
Pijat adalah sebuah perlakuan ”hands-on”, di mana terapis memanipulasi otot dan jaringan lunak lain dari tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Berbagai jenis pijat dari lembut membelai hingga teknik manual yang lebih dalam untuk memijat otot serta jaringan lunak lainnya. Pijat ini telah dipraktikkan sebagai terapi penyembuhan selama berabad-abad yang hampir ada dalam setiap kebudayaan di seluruh dunia. Ini dapat membantu meringankan ketegangan otot, mengurangi  stres, dan membangkitkan rasa ketenangan. Meskipun pijat mempengaruhi tubuh secara keseluruhan, hal itu terutama mempengaruhi aktivitas, sistem muskuloskeletal, peredaran darah, limfatik, dan juga saraf.

B.            Jenis Pijatan
Ada hampir 100 pijat tubuh yang berbeda-beda tekniknya. Setiap teknik unik dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. Jenis yang paling umum diterapkan di Amerika Serikat dan semakin berkembang di negara-negara lain meliputi:
        Pijatan Aromaterapi: Minyak essensial dari tanaman dipiijat di atas kulit untuk meningkatkan penyembuhan dan efek relaksasi dari pijatan itu. Minyak essensial ini diyakini memiliki pengaruh kuat  pada  uasana hati dengan merangsang dua struktur jauh di dalam otak yaitu sistem limbik dan hipokampus yang merupakan penyimpan emosi dan memori.
        Pijatan Craniosakral: tekanan lembut diterapkan pada kepala dan tulang belakang untuk memperbaiki ketidakseimbangan dan memulihkan aliran cairan serebrospinal di daerah-daerah tersebut.
        Pijatan Limfatik: Pijatan yang lembut dan berirama digunakan untuk meningkatkan aliran getah bening (cairan berwarna yang membantu melawan  infeksi dan penyakit)  ke  seluruh tubuh.   Salah  satu bentuk
yang paling populer dari pijat limfatik, drainase limfatik manual (MLD), berfokus pada pengeringan kelebihan getah bening. MLD biasanya digunakan setelah operasi (seperti mastektomi untuk kanker payudara) untuk mengurangi bengkak.
        Pijatan miofasial: tekanan lembut dan memposisi tubuh digunakan untuk relaksasi dan peregangan otot-otot, fasia (jaringan ikat), dan struktur terkait. Biasanya terapis fisik dan terapis pijat yang terlatih menggunakan teknik ini.
        Terapi Polaritas: Suatu bentuk energi penyembuhan, terapi polaritas menstimulasi dan menyeimbangkan aliran energi dalam tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
        Refleksi: teknik khusus menggunakan ibu jari dan jari diterapkan pada tangan dan kaki. Refleksologis percaya bahwa daerah ini mengandung "titik refleks," atau koneksi langsung ke organ tertentu dan struktur pada seluruh tubuh.
        Rolfing: Tekanan diterapkan pada fasia (jaringan ikat) untuk meregangkan, memperpanjang, dan membuatnya lebih fleksibel. Tujuan dari teknik ini adalah untuk menyelaraskan tubuh sehingga menghemat energi, melepaskan ketegangan, dan fungsi yang lebih baik.
        Shiatsu: tekanan lembut jari tangan diterapkan terhadap titik-titik tertentu pada tubuh untuk menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan aliran energi (dikenal sebagai qi) melalui jalur energi tubuh (disebut meridian).
        Pijatan Olahraga: Sering digunakan pada atlet profesional dan individu aktif lainnya, pijatan olahraga dapat meningkatkan kinerja dan mencegah serta mengobati cedera yang berhubungan dengan olahraga.
        Pijatan Swedia: Berbagai stroke dan teknik tekanan yang digunakan untuk meningkatkan aliran darah ke jantung, menghilangkan hasil metabolisme dari jaringan, meregangkan ligamen dan tendon, serta meredakan ketegangan fisik dan emosional.
        Pijatan ’Trigger Poin’: Tekanan diterapkan untuk "memicu poin" (daerah lembut di mana otot-otot telah rusak) untuk mengurangi kejang otot dan sakit.
        Sentuhan Integratif: Suatu bentuk terapi pijat lembut yang menggunakan teknik non-sirkulasi. Hal ini dirancang  untuk  memenuhi kebutuhan pasien yang dirawat di rumah sakit atau dalam perawatan hospis.
        Sentuhan Pengasih: Menggabungkan satu-satu fokus perhatian, sentuhan yang disengaja, dan pijatan sensitif dengan komunikasi untuk meningkatkan kualitas hidup untuk pasien usia lanjut, sakit, atau  pasien kritis (ADAM, 2010).

C.             Indikasi Pijatan
Pijat diyakini dapat mendukung penyembuhan, meningkatkan energi, mengurangi waktu pemulihan cedera, meringankan rasa sakit, dan meningkatkan relaksasi, suasana hati, dan kesejahteraan. Hal ini berguna untuk banyak masalah muskuloskeletal, nyeri punggung, osteoarthritis, fibromyalgia, dan terkilir. Pijat juga dapat mengurangi depresi pada orang dengan sindrom kelelahan kronis, mudah sembelit (bila teknik ini dilakukan di daerah perut), menurunkan pembengkakan setelah mastektomi (pengangkatan payudara), mengurangi gangguan tidur, dan meningkatkan citra diri. Di tempat kerja, pijat telah terbukti dapat mengurangkan  stres dan meningkatkan kewaspadaan mental. Sebuah studi (Cambron, 2006) menemukan bahwa pijat jaringan dapat mengurangi tingkat tekanan darah (pengurangan rata-rata 10,4 mm Hg  dalam tekanan sistolik  dan penurunan    tekanan
diastolik sebesar 5,3 mm Hg). Studi lain menunjukkan bahwa pijat memiliki efek menguntungkan pada rasa sakit langsung dan suasana hati di antara pasien dengan kanker tingkat lanjut (Kutner, 2008).
Menurut studi klinis yang dilakukan (Furlan, 2008), menunjukkan bahwa pijat mengurangi rasa sakit punggung kronis lebih efektif daripada perlakuan lainnya (termasuk akupunktur dan perawatan medis konvensional untuk kondisi ini) dan, dalam banyak kasus, biayanya juga kurang dari perlakuan lainnya. Ibu dan bayi yang baru lahir juga tampak manfaat dari pijat. Ibu yang dilatih untuk memijat bayi  mereka sering merasa kurang tertekan dan memiliki ikatan emosional yang lebih baik dengan bayi mereka. Bayi yang menerima pijatan dari ibu mereka juga cenderung lebih sedikit menangis, dan lebih aktif, waspada, dan ramah. Bayi prematur yang menerima terapi pijat telah menunjukkan penambahan berat badan lebih cepat daripada bayi prematur yang tidak menerima terapi ini. Bayi yang menerima pijat secara teratur juga mendapat tidur lebih baik, mengurangi masalah kenbung perut  atau kolik, dan memiliki kesadaran tubuh yang lebih baik serta pencernaan lebih teratur (Beider, 2007).
Studi yang dilakukan Vennesy pada tahun 2007 yang menyentuh tentang pengobatan secara fizikal ini menunjukkan bahwa pijat bisa menjadi pengobatan yang efektif untuk anak-anak muda dan remaja dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk:
        Aut ism: Anak-anak autistik, yang biasanya tidak suka disentuh, menunjukkan perilaku yang kurang autis dan lebih sosial dan  perhatian setelah menerima terapi pijat dari orang tua mereka.
        Dermatitis atopik: Anak-anak dengan masalah ini, tampaknya berkurangan kemerahan, bersisik serta gatal-gatal dan gejala lain jika menerima pijat. Pijat sebaiknya tidak digunakan saat kondisi kulit meradang secara aktif.
        Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD): Pijat dapat memperbaiki suasana hati pada anak dengan ADHD dan membantu mereka merasa kurang gelisah dan hiperaktif.
        Bulimia: Studi menunjukkan bahwa remaja dengan gangguan makan merasa kurang tertekan dan cemas setelah menerima terapi pijat.
        Diabetes: Pijat dapat membantu mengatur kadar gula darah dan mengurangi kecemasan dan depresi pada anak dengan diabetes.
        Rheumatoid arthritis: Anak-anak remaja dengan rheumatoid arthritis (JRA) telah terbukti kurang mengalami rasa sakit, kekakuan pada waktu pagi, dan kecemasan hasil daripada terapi pijat.
         

D.                  Kontraindikasi Pijatan
Orang-orang yang mempunyai kondisi seperti gagal jantung, gagal ginjal, infeksi pada vena superfisial atau selulitis pada bahagian kaki dan lain-lain, pengumpalan darah pada kaki, masalah koagulasi, dan infeksi kulit yang bisa berjangkit. Bagi pasien yang menderita kanker, perlu mendapatkan pengesahan daripada dokter mereka karena pijatan ini bisa merusakkan tisu yang rapuh akibat  dari kemoterapi atau pengobatan radiasi. Begitu juga dengan pasien goiter, ekzema dan lesi-lesi kulit lainnya ketika masih sedang kambuh serta pasien yang menderita osteoporosis, demam tinggi, kurang sel darah putih, masalah mental dan yang sedang pulih dari pembedahan harus mengelakan dari melakukan pijatan ini.

                       Akupunktur

A.                  Definisi
Akupunktur adalah cara pengobatan yang menggunakan cara menusuk jarum pada titik-titik tertentu pada tubuh badan manusia dan digunakan untuk mengembalikan serta mempertahankan kesehatan seseorang dengan menstimulasi titik-titik itu.

B.                   Indikasi melakukan akupunktur menurut WHO tahun 1991
i.    saluran pencernaan dan lambung; untuk mengatasi pelbagai masalah fungsional seperti masalah ekskresi asam lambung, nyeri kolik, otot dan peradangan
ii.    saluran nafas; untuk mengatasi kondisi alergi dan meningkatkan daya tubuh
iii.    mata; kelainan mata yang bersifat radang dan fungsional otot serta refraksi
iv.   mulut; untuk mengatasi rasa nyeri setelah pencabutan gigi ataupun peradangan kronis
v.   saraf, otot dan tulang; yaitu masalah yang berkaitan dengan nyeri, kelemahan, kelumpuhan serta peradangan pada sendi

Akupunktur juga dapat digunakan sebagai terapi alternatif untuk penyakit yang secara konvensional belum jelas pengobatannya dan apabila pengobatan konvensional sudah kurang bereaksi terhadap panyakit tersebut. Akupunktur juga dapat digunakan secara beriringan dengan terapi konvensional ini dan terbukti dapat membantu penderita yang diserang penyakit berat seperti stroke dalam rehabilitasi mereka.

C.                   Kontraindikasi Pengobatan Akupunktur
Seperti yang telah diketahui, semua jenis pengobatan pasti ada kontraindikasinya. Bagi akupunktur, kontraindikasinya adalah bagi penderita yang dalam keadaan hamil. Selain itu, penderita yang menggunakan pacu jantung ataupun pacemaker juga dinasihatkan untuk tidak memilih pengobatan akupunktur ini. Dan dalam kerja menusuk, seorang akupunkturis tidak bisa menusuk dekat daerah tumor ganas dan juga pada kulit yang sedang meradang.
WHO juga sedang meninjau tentang perlindungan dan pencegahan terhadap penularan Hepatitis dan HIV/AIDS  melalui jarum akupunktur.   Praktisi  akupunktur
dan masyarakat yang menggunakan khidmat pengobatan akupunktur ini diharapkan diberi pendidikan tentang risiko yang bisa dialami dan cara kerja yang benar untuk menanggung ulangan keadaan ini.

                         Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen

Menurut Mangan (2003), cara pengobatan yang ada di kalangan masyarakat sekarang bisa disimpulkan kepada dua tipe pengobatan yaitu pengobatan cara barat yang bersifat konvensional dan juga dianggap moderen serta pengobatan cara timur yang bersifat alternatif dan sering kali disebut pengobatan tradisional. Secara umumnya, pengobatan timur bertujuan untuk meningkatkan sistem imun, menghambat pertumbuhan penyakit, mengurangi keluhan pengguna dan memperbaiki fungsi badan tubuh. Berbeda dengan pengobatan barat di mana sebagai contohnya  bisa membuang tumor atau kanker dengan pembedahan, membunuh sel kanker dengan kemoterapi ataupun melakukan radioterapi untuk membunuh sel kanker yang kebanyakannya bersifat invasif pada tubuh manusia. Paradigma yang diterapkan dalam pengobatan barat adalah ’illness is the enemy’ dan pengobatan timur pula dengan paradigma ’illness is not an enemy but caused unbalancing energy’ menyebabkan perbedaan cara pandang masyarakat serta cara aplikasi keduanya pada upaya pelayanan kesehatan pada masyarakat. Meskipun demikian, pengobatan tradisional ini diharapkan berkembang bersama pengobatan moderen supaya bisa saling mendukung dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal pada masyarakat (Mushito, 2002).

                        Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencarian Pengobatan dalam Masyarakat

Perilaku yang dinyatakan di atas adalah berkaitan dengan upaya atau tindakan individu ketika sedang sakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini bisa melalui dengan cara mengobati sendiri sehingga mencari pengobatan ke luar negeri. Menurut Blum(1974)  yang  dipetik  dari  Notoadmodjo(2007),  faktor  lingkungan merupakan
faktor utama yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat manakala faktor perilaku pula merupakan faktor yang kedua terbesar. Disebabkan oleh teori ini, maka kebanyakan intervensi yang dilakukan untuk membina dan meningkatkan lagi kesehatan masyarakat melibatkan kedua faktor ini. Menurut Notoadmodjo juga mengatakan mengikut teori Green(1980), perilaku ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:
a)    Faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianuti masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.
b)    Faktor pemungkin yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat contohnya fasilitas pelayanan kesehatan.
c)    Faktor penguat pula mencakup pengaruh sikap dan perilaku tokoh yang dipandang tinggi oleh masyarakat contohnya tokoh masyarakat dan tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas yang sering berinteraksi dengan masyarakat termasuk petugas kesehatan. Selain itu, faktor undang-undang dan peraturan-peraturan yang terkait dengan kesehatan juga termasuk dalam faktor ini.

Gambar rajah 1. Hubungan Status Kesehatan, Perilaku, dan Promosi Kesehatan (Notoatmodjo, 2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar