BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan pembangunan kesehatan yang tertera dalam GBHN adalah meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat dan mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana
terutama melalui upaya pencegahan dan peningkatan upaya pemerataan pelayanan
kesehatan agar terjankau oleh masyarakat sampai kepelosok pedesaan, maka upaya
pengobatan tradisional merupakan suatu alternatif yang tepat sebagai pendamping
pengobatan modren.
Undang-undang No. 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan pasal 2 ayat
4 yang berbunyi: Usaha-usaha pengobatan tradisional berdasarkan ilmu atau cara
lain daripada ilmu kedokteran diawasi oleh pemerintah arag tidak membahayakan
masyarakat.
SKN menyatakan bahwa pengobatan tradisional yang terbukti berhasil guna
dan berdayaguna terus dilakukan pembinaan dan bimbingan serta dimanfaatkan
untuk pelayanan kesehatan masyarakat.
UU kesehatan No. 23 Tahun 1992 pasal 47 menyatakan pengobatan tradisional
yang mencakup cara, obat dan pengobatan atau perawatan cara lainnya dapat
dipertanggung jawabkan maknanya.
Pengobatan tradisional dan obat tradisional telah menyatu dengan
masyarakat, digunakan dalam mengatasi berbagai masalahkesehatn baik di desa
maupun di kota-kota besar. Kemampuan masyarakat untuk mengobati sendiri,
mengenai gejala penyakit dan memelihara kesehatan. Untuk ini pelayanan
kesehatan tradisional merupakan potensi besar karena dekat dengan masyarakat,
mudah diperoleh dan relatif lebih murah daripada obat modern.
Pada tingkat rumah tangga pelayanan kesehatan oleh individu dan keluarga
memegang peranan utama. Pengetahuan tentang obat tradisional dan pemanfaatan
tanaman obat merupakan unsur penting dalam meningkatkan kemampuan individu atau
keluarga untuk memperoleh hidup sehat.
I. KONSEP SEHAT SAKIT MASYARAKAT
Gangguan kesehatan merupakan konsekuensi perilaku yang berwujud tindakan
yang disadari (diketahui) atau tidak disadari (tidak diketahui) merugikan
kesehatan atau menurunkan derajat kesehatan si pelaku sendiri, atau orang-orang
lain, atau suatu kelompok. Gangguan kesehatan yang dimaksudkan disini tidak
hanya terbatas pada kategori penyakit fisik dan mental secara individu dan
kelompok tatapi juga kategori kesejahteraan
sosial.
WHO (1974), mengatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan yang sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak
hannya bebas dari penyakit atau kelemahan. White (1977), sehat adalah suatu
keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun
tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan. Sedangkan sehat menurut
masyarakat adalah sebagai suatu kemampuan fungsional dalam menjalankan
peran-peran sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Jenis Ramuan Obat Tradisional di Indonesia
Pengobatan tradisional di Indonesia banyak ragamnya. Cara pengobatan
tersebut telah lama dilakukan. Ada yang asli dari warisan nenek moyang yang
pada umumnya mendayagunakan kekuatan alam, daya manusia, ada pula yang berasal
dari masa Hindu atau pengaruh India dan Cina.
Secara garis besar Agoes A (1992), dalam seminar telah menetapkan jenis
bahwa pengobatan tradisional dengan ramuan obat terdiri dari :
-
Pengobatan tradisional dengan ramuan asli Indonesia
-
Pengobatan tradisional dengan ramuan
Cina
-
Pengobatan tradisional dengan ramuan obat India
Pengobatan Tradisional
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara,
obat, dan pengobatannya yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun
temurun dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan
bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(gelenik) atau campuran dari bahan tersebut secara turun-temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Pengobatan tradisional (batra) adalah seseorang yang diakui dan
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai orang yang mampu melakukan pengobatan
secara tradisional.
Jamu/obat tradisional adalah ramuan tradisional yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan dan hasil-hasilnya atau hewan dari hasil-hasilnya, akar-akaran yang
secara tradisional dapat dianggap berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit atau
untuk memelihara kesehatan. Bentuknya dapat berupa cairan, rajangan, bubuk,
tablet, kapsul, parem dan sebagainya.
Tujuan Pengobatan Tradisional
A.
Tujuan Umum
Meningkatnya pendayagunaan pengobatan tradisional baik secara tersendiri
atau terpadu pada sistem pelayanan kesehatan peripurna, dalam rangka mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Dengan demikian pengobatan tradisional adalah merupakan salah satu
alternatif yang relatif lebih disenangi masyarakat. Oleh karenanya kalangan
kesehatan berupaya mengenal dan jika dapat mengikut sertakan pengobatan
tradisional tersebut.
B.
Tujuan Khusus
1. Meningkatnya mutu pelayanan
pengobatan tradisional, sehingga masyarakat terhindar dari dampak negatif
karena pengobatan tradisional.
2. Meningkatnya kemandirian
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan dengan upaya pengobatan tradisional.
3. Terbinanya berbagai tenaga
pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan.
4. Terintegrasinya upaya
pengobatan tradisional dalam program pelayanan kesehatan paripurna, mulai dari
tingkat rumah tangga, puskesmas sampai pada tingkat rujukannya.
Peran Pengobatan Tradisional
Pengobatan secara tradisional di Indonesai telah berkembang selama
berabad-abad sehingga merupakan
kebutuhan sebagian besar
masyarakat Indonesia. Melihat kenyataan disekitar kita oleh adanya
tenaga dokter sebagai pelaksana pengobatan dan pengobatan dari barat atau
pengobatan tradisional pasti mendapat termpat di hati masyarakat Indonesia pada
umumnya dan pada bangsa jawa pada khususnya.
Tenaga pelayanan pengobatan tradisional tersebut mempunyai pasien dan
langganan masing-masing. Ada masyarakat pendukung tersendiri, ada juga kaidah
patokan serta syarat-syarat tersendiri, juga ada kaidah patokan serta
syarat-syarat tersendiri yang mereka patuhi bersama. Mereka puas ( ada juga
yang tidak puas ) dengan adanya hubungan timbal balik pelayanan kesehatan
tradisional pendukungnya. Hal ini merupakan unsur budaya dan unsur-unsur
kemanusiaan yang juga terdapat pada
bangsa-bangsa di dunia betapapun modernnya.
Sebagian besar obat tradisional berasal dari bahan-bahan nabati dan hanya
sebahagian kecil saja yang berasal dari bahan-bahan dasar hewan atau mineral.
Bahan-bahan nabati yang digunakan itu dapat berupa tumbuhan utuh, bagian
tumbuhan ataupun eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhanadalah isi sel yang dengan
cara tertentu dikeluarkan dari selnya, demikian pula zat-zat nabati lainnya
yang dipisahkan dari tumbuhannya.
Jelaslah disini bahwa tumbuhan obat merupakan sumber bahan yang sangat
penting artinya bagi pembuatan obat tradisional di Dunia. Tumbuhan obat lebih
mudah di jumpai dan di dapatkan oleh yang memerlukan disekitar tempat
tinggalnya. Perlu dikahui bahwa sekurang-kurangnya di Indonesia dijumpai
940 jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat.
Pengolahan obat tradisional yang bervariasi, mulai yang masih dilakukan
dengan cara sederhana sampai dengan penggunaan teknologi maju. Dala cara
sederhana bahan yang berasal dari tumbuhan segar di celah-celah, direbus dengan
air dalam kuali sampai menghasilkan cairan hasil rebusan tersebut disamping dimanfaatkan
sebagai obat dalam (minim), digunakan untuk
kompres atau lainnya.
Teknologi maju digunakan pengusaha obat tradisional untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang meningkat. Produksi memakai perajang simplisia, mesin
penggiling simplisia, mesin pil, mesin tablet, mesin pengisi kapsul, mesin
pengisi kantung serbuk dan lat ekstraksi. Bahkan ada pengusaha pengahasil
produk- produk cairan obat dalam yang telah menggunakan proses ultra hight
treatment ( UHT ) untuk mrngusahakan agar produk yang disilkan memiliki
sterilisitas perdagangan yang diperlukan.
Standarisasi Pengobatan Tradisional
Untuk dapat dimanfaatkannya pengobatan tradisional dalam pelayanan
kesehatan, banyak yang harus diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dinilai
mempunyai peranan yang sangat penting adalah upaya standarisasi. Diharapkan,
dengan adanya standarisasi ini bukan saja mutu pengobatan tradisional akan
dapat ditingkatkan, tapi yang penting lagi munculnya berbagai efek samping yang
secara medis tidak dapat dipertanggung jawabkan, akan dapat fihindari.
Pengertian standarisasi adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian
tertinggi dan sempurna, yang dipakai sebagai batas penerimaan minimal (
Clinical Practice Guideline, 1990 ). Standart menunjukkan pada tingkat ideal
tercapai tersebut tidaklah disusun terlalu kaku, tetapi masih dala batas-batas
yang dibenarkan disebut dengan nama toleransi.
Syarat suatu standar yang baik dipandang
cukup penting adalah :
1.
Bersifat jelas
Artinya
dapat diukur dengan baik, termasuk ukuran terhadap penyimpangan- penyimpangan
yang mungkin terjadi.
2.
Masuk akal Suatu
standart yang tidak masuk akal, bukan saja akan sulit dimanfaatkan tetapi juga
akan menimbulkan frustasi para profesional.
3.
Mudah dimengerti
Suatu
standart yang tidak mudah dimengerti juga akan menyulitkan tenaga pelaksana
sehingga sulit terpenuhi.
4.
Dapat dipercaya
Tidak ada
gunanya menentukan standart yang sulit karena tidak akan mampu tercapai. Karena
itu sering disebutkan, dalam menentukan standart, salah satu syarat yang harus
dipenuhi ialah harus sesuai dengan kondisi organisasi yang dimiliki.
5.
Absah
Artinya ada
hubungan yang kuat dan dapat didemintrasikan antara standart dengan sesuatu (
misalnya mutu pelayanan ) yang diwakilinya.
6.
Meyakinkan
Artinya
mewakili persyaratan yang ditetapkan. Apabila terlalu rendah akan menyebabkan
persyaratan menjadi tidak berarti.
7.
Mantap, Spesifik dan Eksplisit
Artinya tidak
terpengaruh oleh perubahan oleh waktu, bersifat khas dan gamblang.
Dari ukuran tentang standart dan pengobatan tradisional sebagaimana
dekemukakan diatas, mudah dipahami bahwa upaya standarisasi pengobatan
tradisional di Indonesia, tidaklah semudah yang diperkirakan. Sebagai akibat
ditemukannya konsep pengobatan tradisional yang sangat supranatural yang satu
sama lain tampak sangat berbeda, menyebabkan dtandarisasi akan sulit dilakukan.
Untuk ini menyadari bahwa menerapkan pendekatan kesembuhan penyakit
masih sulit dilakukan, maka untuk sementara cukup diterapkan pendekatan tidak
sampai menimbulkan efek samping, komplikasi atau kematian.
II. KONSEP PENGOBATAN TRADISIONAL
Memahami tentang konsep yang dimiliki oleh pengobatan tradisional dalam
praktek pengobatan tradisional amatlah diperlukan dengan diketahuinya konsep
tersebut diharapkan dapat diikuti jalanpikiran serta alasan dilakukannya suatu
tindakan yang dilakukan oleh pengobatan tradisional ketika mengahadapi
penderita yang datang meminta pertolongan. Konsep yang dimaksud disini tentu
meliputi konsep yang ada hubungannya dengan kesehatan, yang dicoba sederhana
setidak- tidaknya meliputi konsep kehidupan, kematian, penyebab penyakit serta
kepercayaan tjatuh sakit.
Peranan Obat Tradisional Dalam Pelayanan Kesehatan
Pada tingkat rumah tangga pelayanan kesehatan oleh individu dan keluarga
memegang peranan uatama. Pengetahuan tentang obat tradisional dan pemanfaatan tanaman obat merupakan unsur
memperoleh hidup sehat.
Ditingkat masyarakat peranan pengobatan tradisional termasuk peracik obat
tradisional / jamu mempunyai peranan yang cukup penting dalam pemerataan
pelayanan kesehatan untuk mewujudkan derajad kesehatan masyarakat yang
oprtimal.
Peminatan Pengobatan Tradisional
Peminatan pengobatan tradisional sendiri
sangat dipengaruhi oleh faktof :
1.
Faktor Sosial
Alasan masyarakat memilih pengobatan tradisional adalah selama mengalami pengobatan tradisional keluarganya
dapat menjenguk dan menunggui setiap
saat. Hal tersebut
sesuai dengan kodrat
manusia sebagai
mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi
langsung dengan keluarganya atau kerabatnya dalam keadaan sakit. Selama
perawatan yang dialaminya meraka dapat berkomunikasi dengan akrab dengan
keluarganya.
Namun ada juga informasi yang mengemukakan bahwa mereka berpendapat
lebih senang dirawat atau diobati di rumah sakit daripada dirawat atau diobati
di tempat-tempat pengobatan tradisional. Mereka dibawa kepengobatan tradisional
bukan atas kemauan mereka sendiri tetapi atas desakan biaya pengobatan.
Biasanya mereka belum pernah ke rumah sakit sehingga tidak bisa dibandingkan
pengobatan tradisional dengan pengobatan di rumah sakit. Disini nampak adanya faktor pasrah akibat dari keterbatasan
pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial.
2.
Faktor Ekonomi
Mereka menyatakan biayanya lebih murah daripada rumah sakit, menurut
mereka cara pembayarannya juga tidak memberatkan karena pasien tidak tertarik
uang muka. Selain itu bagi yang tidak mampu mambayar sekaligus dapat dicicil setelah mereka pulang.
Jika ditinjau dari klasifikasi pasien yang datang ketempat pengobatan
tradisional ini sebagian besar pekerjaannya adalah buruh kasar, sopir, tukang
parkir, sehingga wajar faktor ekonomi menentukan dalam memilih tempat
pengobatan.
3.
Faktor Budaya
Salah satu alasan mengapa para penderita memilih tempat pengobatan
tradisional karena pengobatan di tempat ini memiliki seorang ahli yang
mempunyai kekuatan supranatural yang mampu mempercepat kesembuhan penyakit.
Disamping itu hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh foster dan Anderson bahwa sistem medis adalah bagian
integral dari kebudayaan.
Salah satu faktor lain yang menyebabkan pengobatan tradisional ini
masih diminati masyarakat adalah kategori penyembuhan yaitu siapa yang berhak
atau yang tepat dalam menyembuhkan, misalnya untuk penyakit C hanya D yang
berhak, penyakit A hanya B yang tepat menyembuhkan. Dalam persepsi masyarakat
juga menganggap penyakit yang tidak parah tidak perlu dibawa ke rumah sakit,
karena penyakit yang diderita dianggap tidak mengancam jiwanya, tidak
menggangua nafsu makan serta masih mampu melakukan kegiatan sehari- hari
walaupun agak tergaggu. Hal tersebut nampak sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Spreadly, bahwa kebudayaan sebagai
pengetahuan, nilai- nilai yang digunakn untuk menginterpretasikan pengalaman
serta membangkitkan perilaku sosial.
4.
Faktor Sosial
Kenyamanan yang diperoleh pada saata pengobatan karena tidak
menggunakan peralatan-peralatan yang bisa menakutkan mereka, terutama patah
tulang tidak perlu diamputasi atau digips.
5.
Faktor Kemudahan
Pasien dapat segera ditangani tanpa harus menunggu hasil rontgen dan
hasil laboratorium lainnya.
BAB II
PENDAHULUAN
2.1. Pengobatan
Tradisional
A.
Definisi
Menurut WHO (2000), pengobatan tradisional adalah jumlah
total pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan pada
teori-teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya
yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan
kesehatan serta dalam pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit
secara fisik dan juga mental.
Selain itu, pengobatan tradisional juga salah satu
cabang pengobatan alternatif yang bisa didefinisikan sebagai cara pengobatan
yang dipilih oleh seseorang bila cara pengobatan konvensional tidak memberikan
hasil yang memuaskan (Asmino, 1995).
B.
Jenis Pengobatan Tradisional
Menurut Asmino (1995),
pengobatan tradisional ini terbagi menjadi dua yaitu cara penyembuhan
tradisional atau traditional healing yang terdiri daripada pijatan, kompres,
akupuntur dan sebagainya serta obat tradisional atau traditional drugs yaitu menggunakan bahan-bahan yang telah tersedia dari alam sebagai obat
untuk menyembuhkan penyakit. Obat tradisional ini
terdiri dari tiga jenis yaitu pertama dari sumber nabati yang diambil
dari bagian-bagian tumbuhan seperti buah, daun, kulit batang dan sebagainya. Kedua, obat yang diambil dari sumber hewani seperti bagian
kelenjar-kelenjar, tulang-tulang maupun dagingnya dan yang ketiga adalah dari sumber mineral atau garam-garam yang
bisa didapatkan dari mata air yang
keluar dari tanah contohnya, air mata air
zam-zam yang terletak di Mekah Mukarramah.
Obat Herbal
A.
Definisi
Obat herbal didefinisikan sebagai obat-obat yang dibuat
dari bahan alami seperti tumbuhan yang sudah dibudidayakan maupun tumbuhan
liar. Selain itu, obat herbal juga bisa terdiri dari obat yang berasal dari
sumber hewani, mineral atau gabungan antara ketiganya (Mangan, 2003). Sebanyak
150,000 daripada 250,000 spesis tumbuhan yang diketahui di dunia adalah berasal
dari kawasan tropika. Di Malaysia sahaja, kira-kira 1,230 jenis spesies
tumbuhan telah lama digunakan di dalam rawatan tradisional (Dharmaraj, 1998).
Kaum Melayu misalnya sering menggunakan akar susun kelapa (Tabernaemontana divaricata), akar melur (Jasminum sambac), bunga raya (hibisus
rosa sinensis) dan ubi memban (marantha
arundinacea) untuk rawatan kanser (Dharmaraj, 1998).
Dalam pengobatan tradisional ini, memang masih kurang
data-data laboratorium tentang khasiat serta manfaat tanaman-tanaman
tersebut. Oleh sebab itu, di
kalangan ahli dokter moderan menganggap pengobatan alternatif ini kurang ilmiah
karena tidak didukung dengan data klinis yang valid. Para ahli pengobatan
tradisional ini pada dasarnya melihat kesehatan sebagai satu pendekatan
holistik di mana jika adanya berlaku
gangguan pada salah satu organ tubuh maka ini akan menyebabkan
ketidakseimbangan pada organ tubuh yang lainnya. Tujuan utama pengobatan ini
dilakukan lebih kepada penyembuhan dengan menyeimbangkan kondisi organ-organ
ini dan bukan hanya untuk menghilangkan gejala sahaja (Mursito, 2002)
B.
Keuntungan Penggunaan Obatan Herbal
Keuntungan utama dalam menggunakan obatan herbal ini
adalah biayanya yang murah (Moh, 1998). Ini karena mudahnya dapat bahan
baku ini termasuklah bisa ditanam
sendiri di halaman rumah sebagai bekalan. Kebanyakan tumbuhan ini mudah
membesar dan tidak memerlukan kos penjagaan yang tinggi jika ditanam
sendiri. Selain itu,
efek samping yang
ditimbulkannya relatif kecil sehingga lebih
aman digunakan daripada obat-obatan modern yang banyak efek sampingnya.
Malah di kalangan masyarakat, obat herbal ini
dianggap tidak memiliki efek samping walaupun sebenarnya dalam setiap
tumbuhan ini memiliki bahan kimia cuma dalam dosis yang relatif kecil sehingga
tidak memberikan efek yang besar pada
penggunanya (Mangan, 2003).
C.
Simplisia
Obat herbal ini biasanya disediakan dalam bentuk ekstrak
bahan baku dari tanaman herbal yang
ada atau nama lainnya adalah simplisia. Bahan bakunya bisa terdiri dari sebagian
dari tumbuhan tersebut seperti bagian batang, daun, akar, kulit, serta buah,
maupun seluruh bagian tumbuhan tersebut. Simplisia ini juga bisa diolah dalam bentuk segar ataupun kering. Untuk simplisia bentuk segar, ini harus segera digunakan selagi dalam
keadaan baik dan juga dikhawatirkan akan
tumbuh jamur atau mikroba lainnya. Jika
untuk penggunaan yang lama,
biasanya akan digunakan simplisia bentuk kering supaya dapat mempertahankan
kandungan metabolit- metabolit yang penting dalam mengobati pasien. Kandungan
metabolit ini terbagi dua yaitu
metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit sekunder inilah yang
memainkan peranan dalam bidang pengobatan. Beberapa contoh senyawa metabolit
yang ada dalam obat herbal ini adalah senyawa golongan alkaloida, glukosida,
politenol, flavonoida, antosian, seskuiterpen dan saponin. Jumlah metabolit
sekunder dalam satu simplisia amat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan, umur tanaman
sewaktu dipanen, waktu panen serta kegiatan pasca panen. Waktu panen sangat
berhubungan dengan pembentukan metabolit sekunder, di mana yang terbaik adalah pada saat penghasilan
metabolit sekunder pada kadar maksimum. Sebagai contoh, tanaman poko (mentha piperita) akan menghasilkan
mentol tertinggi dalam daun mudanya saat tanaman itu berbunga.
Pijat Tradisional
A.
Definisi
Pijat adalah sebuah perlakuan ”hands-on”, di mana
terapis memanipulasi otot dan
jaringan lunak lain dari tubuh untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Berbagai jenis pijat dari lembut membelai
hingga teknik manual yang lebih dalam untuk memijat otot serta jaringan lunak
lainnya. Pijat ini telah dipraktikkan sebagai terapi penyembuhan selama
berabad-abad yang hampir ada dalam setiap kebudayaan di seluruh dunia. Ini
dapat membantu meringankan ketegangan otot, mengurangi stres, dan membangkitkan rasa ketenangan.
Meskipun pijat mempengaruhi tubuh secara keseluruhan, hal itu terutama
mempengaruhi aktivitas, sistem muskuloskeletal, peredaran darah, limfatik, dan
juga saraf.
B.
Jenis Pijatan
Ada hampir 100 pijat tubuh yang berbeda-beda tekniknya.
Setiap teknik unik dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. Jenis yang paling
umum diterapkan di Amerika Serikat dan semakin berkembang di negara-negara lain
meliputi:
−
Pijatan Aromaterapi: Minyak essensial dari tanaman
dipiijat di atas kulit untuk
meningkatkan penyembuhan dan efek relaksasi dari pijatan itu. Minyak essensial ini diyakini memiliki
pengaruh kuat pada uasana hati dengan
merangsang dua struktur jauh di dalam otak yaitu sistem limbik dan hipokampus
yang merupakan penyimpan emosi dan memori.
−
Pijatan Craniosakral: tekanan lembut diterapkan pada
kepala dan tulang belakang untuk memperbaiki ketidakseimbangan dan memulihkan aliran cairan serebrospinal
di daerah-daerah tersebut.
−
Pijatan Limfatik: Pijatan yang lembut dan berirama digunakan untuk meningkatkan aliran
getah bening (cairan berwarna yang membantu melawan infeksi dan penyakit) ke
seluruh tubuh. Salah satu bentuk
yang paling populer dari pijat limfatik, drainase limfatik manual (MLD),
berfokus pada pengeringan kelebihan getah bening. MLD biasanya digunakan
setelah operasi (seperti mastektomi untuk kanker payudara) untuk mengurangi
bengkak.
−
Pijatan miofasial: tekanan lembut dan memposisi tubuh digunakan untuk relaksasi dan
peregangan otot-otot, fasia (jaringan ikat), dan struktur terkait. Biasanya
terapis fisik dan terapis pijat yang terlatih menggunakan teknik ini.
−
Terapi Polaritas: Suatu bentuk energi penyembuhan,
terapi polaritas menstimulasi dan menyeimbangkan aliran energi dalam tubuh
untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
−
Refleksi: teknik khusus menggunakan ibu jari dan jari
diterapkan pada tangan dan kaki. Refleksologis percaya bahwa daerah ini
mengandung "titik refleks," atau koneksi langsung ke organ tertentu
dan struktur pada seluruh tubuh.
−
Rolfing: Tekanan
diterapkan pada fasia (jaringan ikat) untuk meregangkan, memperpanjang, dan
membuatnya lebih fleksibel. Tujuan dari teknik ini adalah untuk menyelaraskan
tubuh sehingga menghemat energi, melepaskan ketegangan, dan fungsi yang lebih baik.
−
Shiatsu: tekanan lembut jari tangan diterapkan
terhadap titik-titik tertentu pada tubuh untuk menghilangkan rasa sakit dan
meningkatkan aliran energi (dikenal sebagai qi) melalui jalur energi tubuh
(disebut meridian).
−
Pijatan Olahraga: Sering digunakan pada atlet
profesional dan individu aktif lainnya, pijatan olahraga dapat meningkatkan
kinerja dan mencegah serta mengobati cedera yang berhubungan dengan olahraga.
−
Pijatan Swedia: Berbagai stroke dan teknik tekanan
yang digunakan untuk meningkatkan aliran darah ke jantung, menghilangkan hasil
metabolisme dari jaringan, meregangkan
ligamen dan tendon, serta meredakan ketegangan fisik dan emosional.
−
Pijatan ’Trigger
Poin’: Tekanan diterapkan untuk "memicu
poin" (daerah lembut di mana otot-otot telah rusak) untuk
mengurangi kejang otot dan sakit.
−
Sentuhan Integratif: Suatu bentuk terapi pijat lembut
yang menggunakan teknik non-sirkulasi. Hal ini dirancang untuk
memenuhi kebutuhan pasien yang dirawat di rumah sakit atau dalam
perawatan hospis.
−
Sentuhan Pengasih: Menggabungkan satu-satu fokus
perhatian, sentuhan yang disengaja, dan pijatan sensitif dengan komunikasi
untuk meningkatkan kualitas hidup untuk pasien usia lanjut, sakit, atau pasien kritis (ADAM, 2010).
C.
Indikasi Pijatan
Pijat diyakini dapat mendukung penyembuhan,
meningkatkan energi, mengurangi
waktu pemulihan cedera, meringankan rasa sakit, dan meningkatkan relaksasi,
suasana hati, dan kesejahteraan. Hal ini berguna untuk banyak masalah
muskuloskeletal, nyeri punggung, osteoarthritis, fibromyalgia, dan terkilir.
Pijat juga dapat mengurangi depresi pada orang dengan sindrom kelelahan kronis,
mudah sembelit (bila teknik ini
dilakukan di daerah perut), menurunkan pembengkakan setelah mastektomi
(pengangkatan payudara), mengurangi gangguan tidur, dan meningkatkan citra
diri. Di tempat kerja, pijat telah terbukti dapat mengurangkan stres dan meningkatkan kewaspadaan mental.
Sebuah studi (Cambron, 2006) menemukan bahwa pijat jaringan dapat mengurangi
tingkat tekanan darah (pengurangan rata-rata 10,4 mm Hg dalam tekanan
sistolik dan penurunan tekanan
diastolik sebesar 5,3 mm Hg). Studi lain menunjukkan bahwa pijat memiliki
efek menguntungkan pada rasa sakit langsung dan suasana hati di antara pasien
dengan kanker tingkat lanjut (Kutner, 2008).
Menurut studi klinis yang dilakukan (Furlan, 2008),
menunjukkan bahwa pijat mengurangi rasa sakit punggung kronis lebih efektif
daripada perlakuan lainnya (termasuk akupunktur dan perawatan medis
konvensional untuk kondisi ini) dan,
dalam banyak kasus, biayanya juga kurang dari perlakuan lainnya. Ibu dan bayi yang baru lahir juga tampak manfaat dari
pijat. Ibu yang dilatih untuk
memijat bayi mereka sering merasa kurang
tertekan dan memiliki ikatan emosional yang lebih baik dengan bayi mereka. Bayi
yang menerima pijatan dari ibu mereka juga cenderung lebih sedikit menangis,
dan lebih aktif, waspada, dan ramah. Bayi prematur yang menerima terapi pijat telah menunjukkan penambahan berat
badan lebih cepat daripada bayi prematur yang
tidak menerima terapi ini. Bayi
yang menerima pijat secara teratur juga mendapat
tidur lebih baik, mengurangi masalah kenbung perut atau kolik, dan memiliki kesadaran tubuh yang
lebih baik serta pencernaan lebih teratur (Beider, 2007).
Studi yang dilakukan Vennesy pada tahun 2007 yang
menyentuh tentang pengobatan secara fizikal ini menunjukkan bahwa pijat bisa
menjadi pengobatan yang efektif untuk anak-anak muda dan remaja dengan berbagai
masalah kesehatan, termasuk:
−
Aut ism: Anak-anak autistik, yang biasanya
tidak suka disentuh, menunjukkan perilaku yang kurang autis dan lebih sosial
dan perhatian setelah menerima terapi
pijat dari orang tua mereka.
−
Dermatitis atopik: Anak-anak dengan masalah ini, tampaknya berkurangan kemerahan,
bersisik serta gatal-gatal dan gejala lain jika menerima pijat. Pijat sebaiknya tidak digunakan saat
kondisi kulit meradang secara aktif.
−
Attention
deficit hyperactivity disorder (ADHD): Pijat dapat memperbaiki suasana hati pada anak dengan ADHD dan
membantu mereka merasa kurang gelisah dan hiperaktif.
−
Bulimia: Studi menunjukkan bahwa remaja dengan
gangguan makan merasa kurang tertekan dan cemas setelah menerima terapi pijat.
−
Diabetes: Pijat dapat membantu mengatur kadar gula
darah dan mengurangi kecemasan dan depresi pada anak dengan diabetes.
−
Rheumatoid arthritis: Anak-anak remaja dengan
rheumatoid arthritis (JRA) telah terbukti kurang mengalami rasa sakit, kekakuan
pada waktu pagi, dan kecemasan hasil
daripada terapi pijat.
−
D.
Kontraindikasi Pijatan
Orang-orang yang mempunyai
kondisi seperti gagal jantung, gagal ginjal, infeksi pada vena superfisial atau
selulitis pada bahagian kaki dan lain-lain, pengumpalan darah pada kaki,
masalah koagulasi, dan infeksi kulit
yang bisa berjangkit. Bagi pasien yang menderita kanker, perlu mendapatkan
pengesahan daripada dokter mereka karena pijatan ini bisa merusakkan tisu yang
rapuh akibat dari kemoterapi atau
pengobatan radiasi. Begitu juga dengan pasien goiter, ekzema dan lesi-lesi
kulit lainnya ketika masih sedang kambuh serta pasien yang menderita
osteoporosis, demam tinggi, kurang sel darah putih, masalah mental dan yang
sedang pulih dari pembedahan harus mengelakan dari melakukan pijatan ini.
Akupunktur
A.
Definisi
Akupunktur adalah cara pengobatan yang menggunakan cara
menusuk jarum pada titik-titik tertentu pada tubuh badan manusia dan digunakan
untuk mengembalikan serta mempertahankan kesehatan seseorang dengan
menstimulasi titik-titik itu.
B.
Indikasi melakukan akupunktur menurut WHO tahun
1991
i.
saluran pencernaan dan lambung; untuk mengatasi
pelbagai masalah fungsional seperti masalah ekskresi asam lambung, nyeri kolik,
otot dan peradangan
ii.
saluran nafas; untuk mengatasi kondisi alergi dan
meningkatkan daya tubuh
iii.
mata; kelainan mata yang bersifat radang dan
fungsional otot serta refraksi
iv.
mulut; untuk mengatasi rasa nyeri setelah pencabutan
gigi ataupun peradangan kronis
v.
saraf, otot dan tulang; yaitu masalah yang berkaitan
dengan nyeri, kelemahan, kelumpuhan serta peradangan pada sendi
Akupunktur juga dapat digunakan sebagai terapi
alternatif untuk penyakit yang secara konvensional belum jelas pengobatannya
dan apabila pengobatan konvensional sudah kurang bereaksi terhadap panyakit
tersebut. Akupunktur juga dapat digunakan secara beriringan dengan terapi
konvensional ini dan terbukti dapat membantu penderita yang diserang penyakit
berat seperti stroke dalam rehabilitasi mereka.
C.
Kontraindikasi Pengobatan Akupunktur
Seperti yang telah diketahui, semua jenis pengobatan
pasti ada kontraindikasinya. Bagi akupunktur, kontraindikasinya adalah bagi
penderita yang dalam keadaan hamil. Selain itu, penderita yang menggunakan pacu
jantung ataupun pacemaker juga dinasihatkan
untuk tidak memilih pengobatan akupunktur ini. Dan dalam kerja menusuk, seorang
akupunkturis tidak bisa menusuk dekat daerah tumor ganas dan juga pada kulit
yang sedang meradang.
WHO juga sedang meninjau tentang perlindungan dan
pencegahan terhadap penularan Hepatitis dan HIV/AIDS melalui jarum akupunktur. Praktisi
akupunktur
dan masyarakat yang menggunakan khidmat pengobatan akupunktur ini
diharapkan diberi pendidikan tentang risiko yang bisa dialami dan cara kerja
yang benar untuk menanggung ulangan keadaan ini.
Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen
Menurut Mangan (2003), cara pengobatan yang ada di
kalangan masyarakat sekarang bisa disimpulkan kepada dua tipe pengobatan yaitu
pengobatan cara barat yang bersifat konvensional dan juga dianggap moderen
serta pengobatan cara timur yang
bersifat alternatif dan sering kali disebut pengobatan tradisional. Secara
umumnya, pengobatan timur bertujuan untuk meningkatkan sistem imun, menghambat
pertumbuhan penyakit, mengurangi keluhan pengguna dan memperbaiki fungsi badan
tubuh. Berbeda dengan pengobatan barat di mana sebagai contohnya bisa membuang tumor atau kanker dengan
pembedahan, membunuh sel kanker dengan kemoterapi ataupun melakukan radioterapi
untuk membunuh sel kanker yang kebanyakannya bersifat invasif pada tubuh
manusia. Paradigma yang diterapkan dalam pengobatan barat adalah ’illness is the enemy’ dan pengobatan
timur pula dengan paradigma ’illness is
not an enemy but caused unbalancing energy’ menyebabkan perbedaan cara
pandang masyarakat serta cara aplikasi keduanya pada upaya pelayanan kesehatan
pada masyarakat. Meskipun demikian, pengobatan tradisional ini diharapkan
berkembang bersama pengobatan moderen supaya bisa saling mendukung dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal pada masyarakat (Mushito, 2002).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencarian Pengobatan dalam Masyarakat
Perilaku yang dinyatakan di atas adalah berkaitan dengan
upaya atau tindakan individu ketika sedang sakit atau kecelakaan. Tindakan atau
perilaku ini bisa melalui dengan cara mengobati sendiri sehingga mencari
pengobatan ke luar negeri. Menurut Blum(1974)
yang dipetik dari
Notoadmodjo(2007), faktor lingkungan merupakan
faktor utama yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat
manakala faktor perilaku pula merupakan faktor yang kedua terbesar. Disebabkan
oleh teori ini, maka kebanyakan intervensi yang dilakukan untuk membina dan
meningkatkan lagi kesehatan masyarakat melibatkan kedua faktor ini. Menurut
Notoadmodjo juga mengatakan mengikut teori Green(1980), perilaku ini
dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:
a)
Faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan dan
sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianuti
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.
b)
Faktor pemungkin yang mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat contohnya fasilitas
pelayanan kesehatan.
c)
Faktor penguat pula
mencakup pengaruh sikap dan perilaku tokoh yang dipandang tinggi oleh masyarakat contohnya tokoh masyarakat
dan tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas yang sering berinteraksi dengan masyarakat termasuk petugas
kesehatan. Selain itu, faktor undang-undang dan
peraturan-peraturan yang terkait dengan kesehatan juga termasuk dalam
faktor ini.
Gambar rajah
1. Hubungan Status Kesehatan, Perilaku, dan Promosi Kesehatan (Notoatmodjo,
2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar