Tedak siten atau Mandhap Siti Atau Turun Tanah
Pengharapan orang tua kepada anaknya tersebut
diwujudkan dalam bentuk upacara adat (adat Jawa) yang dimulai sejak bayi masih
dalam kandungan Ibunya, hingga anak tersebut lahir. Salah satu bentuk
perwujudannya adalah dengan Upacara Tedak Siti - Turun Tanah ketika anak sudah berusia 7
bulan.
Tedak siten merupakan budaya warisan
leluhur masyarakat Jawa untuk bayi yang berusia sekitar tujuh atau delapan
bulan. Tedak siten dikenal juga sebagai upacara turun tanah. ‘Tedak’
berarti turun dan ‘siten’ berasal dari kata ‘siti’ yang berarti tanah. Upacara
tedak siten ini dilakukan sebagai rangkaian acara yang bertujuan agar si kecil
tumbuh menjadi anak yang mandiri.
Tradisi ini dijalankan saat si kecil berusia
hitungan ke-tujuh bulan dari hari kelahirannya dalam hitungan pasaran jawa.
Perlu diketahui juga bahwa hitungan satu bulan dalam pasaran jawa berjumlah 36
hari. Jadi bulan ke-tujuh kalender jawa bagi kelahiran si bayi setara dengan 8
bulan kalender masehi.
Upacara Tedak Siti itu sendiri memberi arti bahwa agar kelak
anak tersebut setelah dewasa nanti kuat dan mampu berdiri sendiri dalam
menempuh kehidupan yang penuh tentangan, untuk mencapai cita citanya
Rangkaian jalannya upacara :
Bayi dimandikan Banyu Gege – Air yang telah dijemur dibawah terik
matahari. Banyu gege ditabur bunga talon sebagai symbol dari budi pekerti yang
halus, kebijaksanaan dan keduniawian. Banyu
gege le ndang gede – Sang bayi lekas besar
Bayi dimandikan oleh Ibu didampingi nenek dan penata acara (MC).Setelah
berpakaian dilanjutkan dengan prosesi menginjak tanah.
Kaki si bayi diinjakan di tanah lalu diinjakkan pada judah
ketan yang bewarna hitam, merah, kuning,
hijau, putih yang arti dari semua warna tersebut mewakili nafsu manusia.
Si Bayi dipanjatkan pada tangga yang terbuat dari tebu dan pijakannya dari
Pisang Raja yang melambangkan
mangalahkan nafsu duniawi sehingga mencapai puncak kehidupan yang didasari Anteping Kalbu - hati yang mantap.
Si Bayi kemudian dimasukkan kedalam kurungan yang telah diisi dengan berbagai
macam benda seperti mainan, uang, buku, Pensil, Bedak, perhiasan, dll. Benda-benda tersebut
memberikan symbol profesi atau mata pencaharian sang bayi kelak bila telah
dewasa, hal ini dapat ditentukan setelah sang bayi telah mengambil benda yang
dipilihnya.
Ada pula beberapa pendukung acara berupa sesajen. Sesajen ini merupakan sarana
keselamatan sang bayi, terdiri dari :
Tampah berisi jajanan pasar yang isinya bermacam jajanan pasar : buah buahan, pala gumantung - buah menggantung, pala kependem - buah didalam tanah, pala kesimpar - buah diatas tanah,
umbi umbian. Melambangkan kesejahteraan Ibu Pertiwi.
Tumpeng janganan, sesaji ini mengingatkan kepada saudara yang tak terlihat dari
si bayi, lazim disebut Kakang kawah
adi ari ari
Umbul umbul dikanan dan kiri agar martabat sang bayi membumbung ke atas. dan di
akhiri dengan kidungan atau puji pujian yang merupakan pengharapan orang tuanya
pada masa depan si bayi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar